Kebanyakan orang melakukan sesuatu hal tanpa ada perencanaan. Apa yang kepikiran di otak, itu yang dilakukan secara langsung sehingga metode atau cara pengawasannya terlupakan. Melakukan sesuatu tanpa pengawasan memiliki hidden cost (biaya yang tersembunyi).Â
Biaya disini bukan hanya masalah uang, melainkan juga waktu. Pengawasan adalah proses melihat dan memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang diekspektasikan. Jika melakukan sesuatu tanpa perencanaan, niscaya ketika ditanya cara pengawasannya akan memberikan kebingungan, bahkan tidak tahu apa yang ingin diawasi.
Bagi seorang workaholic, melakukan segala sesuatu tanpa perencanaan tidak menjadi masalah karena bawaannya adalah ingin bekerja tanpa mengenal waktu dan ruang. Hal demikian memang bagus tetapi esensi sebagai manusia menjadi hilang.Â
Manusia bekerja pada dasarnya adalah ingin mendapatkan penghasilan dimana ujung-ujungnya untuk menghidupi keluarga. Dengan tipikal workaholic, kedekatan dengan keluarga menjadi tipis dan dapat memberikan penyesalan bagi dirinya suatu hari.Â
Untuk menjadi manusia yang seimbang antara pekerjaan dan keluarga, maka harus diterapkan work-life balance. Menurut Robbins dan Coulter (2012 : p358), work-life balance meliputi sumber daya pada perawatan orang tua dan anak, perawatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan, dan relokasi dan lain-lain.Â
Untuk merealisasikan ini, kita harus benar-benar sadar dan mau mempertimbangkan manajemen waktu. Waktu bekerja fokuslah pada pekerjaan, waktu bersama keluarga harus benar-benar fokus kepada keluarga.Â
Penerapan work-life balance termasuk sederhana, terapkan rumus PDR (Plan, Do, Release).
1. Plan : lakukan perencanaan apa yang akan dikerjakan hari ini, kemudian tentukan cara mengukur pencapaian / penyelesaian pekerjaan tersebut. Selain memikirkan pertanyaan apa, pikirkan juga bagaimana melakukannya. Pikirkan diawal sebelum bergerak, jangan sambil melakukan sambil memikirkannya.
2. Do : lakukan dengan baik dan benar sesuai dengan perencanaan apa dan bagaimana. Ketika gagal atau menghadapi kendala, pikirkan solusi alternatif atau solusi sementara. Jangan pernah membiarkan begitu saja karena sebagai manusia harus memiliki tanggung jawab. Jangan pernah takut membuat improvisasi, karena selama melakukan sesuatu hal yang sifatnya baik dan benar tidak akan menjadi masalah.
3. Release : diluar jam kerja (selain posisi manajerial) boleh melepaskan kepentingan pekerjaan ketika hendak pulang ke rumah. Akan tetapi perlu Penulis tekankan poin ini berbeda untuk orang yang menduduki posisi manajerial yang notabene tanggung jawabnya adalah manage, mengawasi, merencanakan, dan bertanggung jawab atas pekerjaan timnya sehingga kadang harus mengorbankan waktu bersama keluarga.Â
Orang yang berada di posisi manajerial bukan berarti tidak memiliki kehidupan dan tidak seharusnya menerapkan work-life balance. Di perusahaan tertentu, orang yang berada di posisi ini bersifat fleksibel, dalam artian tidak terikat dengan jam kerja, sehingga worthy (layak) jika terkadang waktu bersama keluarga dan waktu kerja bisa tertukar. Diharapkan fleksibilitas ini tidak disalahgunakan.Â