Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tidak Boleh Tahu Terlalu Banyak

29 November 2019   07:21 Diperbarui: 29 November 2019   07:27 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin banyak yang kita pelajari dan ketahui, seharusnya kita semakin pintar dan bijak. Apakah ini adalah formula yang pasti? TIDAK.

Banyak belajar untuk menambah pengetahuan adalah hal wajib selama kita masih bernapas, kalimat yang sering kita dengar di dunia kerja / profesional. Dinamika dunia kerja sangat bervariasi, tantangan yang dihadapi setiap hari pun cenderung tidak sama. Tujuan kita belajar dan mencari tahu lebih banyak adalah menjadi seorang problem solver (memecahkan masalah).

Akan tetapi dalam artikel ini, Penulis mengatakan sebaliknya. Kita tidak boleh tahu terlalu banyak. Kenapa?

Anda tidak boleh langsung menyimpulkan suatu judul sebelum membacanya sampai selesai. Setiap pernyataan tidak bisa disimpulkan begitu saja, melainkan dilihat apa dulu kontek dan kondisinya. Yuk kita baca.

Siapapun Anda, Anda tetap harus memberikan kontribusi, baik dalam keluarga, pekerjaan, kehidupan bermasyarakat, bahkan sampai kepada hal terkecil. Setuju? 

Mari kita ambil contoh Anda sebagai seorang direktur perusahaan. Sebagai direktur perusahaan, Anda bertanggung jawab memimpin dan mengarahkan perusahaan, serta membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pencapaian visi-misi. Anda harus berpikir out of the box dan melihat lebih jauh ke depan.

Setiap orang pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Bayangkan seorang direktur ikut campur dalam urusan operasional, dan terdapat pekerjaan karyawan yang tidak dia sukai (bukan tidak sesuai arahan), maka karyawan akan merasa tidak nyaman.

Karyawan memiliki caranya sendiri. Bahkan dua orang yang memasak nasi yang sama saja bisa berbeda caranya, walaupun hasil akhirnya sama. Disini kita tidak seharusnya tahu terlalu banyak. Yang penting adalah apa yang diinginkan tercapai dalam waktu yang telah ditentukan. Direktur hanya perlu memantau bagaimana hasil kerja dari arahan yang telah diberikan, BUKAN bagaimana proses kerjanya. 

Merujuk kepada konsep 7-habits, salah satu habit adalah proaktif dimana ada kebebasan didalamnya. Kita harus memberikan kebebasan kepada orang lain dan tidak boleh memaksakan kehendak kita. Tidak boleh micro-managing terlalu banyak karena sama saja dengan bakar uang yang tidak penting dan tanpa kita sadari. 

Salam Tidak Tahu.

Salam Arahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun