Mohon tunggu...
Darwin
Darwin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, CTO, COO, Trainer, Public Speaker

S.Kom., M.Kom., CPS®, CRSP, CH, BKP, CDM, Google Ads Certified, Google My Business Certified, SEMrush Digital Marketing Certified, Content Marketing Certified, Inbound Marketing Certified, Service Hub Software Certified, Sales Management Certified, CITGP, COBIT® 2019 Foundation

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Unlearn Is Learn"

29 Oktober 2019   21:48 Diperbarui: 29 Oktober 2019   22:14 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar adalah aktivitas yang harus dilakukan setiap hari dan dijalani seumur hidup. Belajar membuat kita semakin berwawasan, memahami situasi kondisi yang baik dan benar dalam menyelesaikan suatu masalah, dan menambah kebijaksanaan.

Banyak orang akademis merasa bahwasanya pengetahuan yang dimiliki masih jauh dari sempurna, dan merasa diri sendiri masih sangat kecil dan kurang berwawasan. Ini adalah perasaan yang muncul bagi mereka yang benar-benar mengilhami pentingnya kehadiran suatu pengetahuan dalam proses belajar.

Kembali kepada topik dalam artikel ini yaitu Unlearn Is Learn. Kita biasa mendengar istilah learn to unlearn, mengapa artikel ini ditulis sebaliknya? Learn to unlearn adalah kondisi dimana kita belajar untuk melupakan / melepaskan apa yang telah kita ketahui dan kita pelajari sebelumnya.

Misalnya ketika kita mengikuti suatu seminar / workshop, kadang kala materi pengantarnya sudah kita kuasai. Kita harus belajar untuk melepas terlebih dahulu apa yang telah kita pelajari, kemudian dalam seminar / workshop tersebut dilakukan refresh kembali atas materi yang dibawakan sehingga jika sebelumnya ada salah persepsi dapat diluruskan kembali menjadi pengetahuan baru. 

Unlearn is learn adalah kondisi dimana kita tidak mau mempelajari sesuatu, tetapi secara tidak langsung kita sebenarnya sedang mempelajarinya. Wah sesuatu yang berbeda pastinya ya?

Contohnya ketika kita ditawarin untuk mencoba minuman keras rasa baru nih. Kita tahu dengan jelas bahwasanya semua jenis minuman keras tidak baik bagi tubuh kita, jadi kita putuskan untuk tidak mencoba minumannya.

Terserah jika orang menilai kita munafik atau sok cool. Yang penting adalah kita punya kekuatan dan komitmen untuk tidak mau mempelajari sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat bagi diri kita.

Setelah membaca artikel ini, jangan juga melakukan judge bahwasanya unlearn is learn lebih benar daripada learn to unlearn. Semua hal adalah benar, tergantung konteks dan tempat. Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel "6 Fakta Hidup Ibarat Sandal Jepit" mengenai cara pandang orang terhadap angka 6 dan/atau 9. 

Sebelum saya menjalani pendidikan S2,  saya berpikiran bahwa setiap saya telah menguasai suatu kemampuan teknis baru, maka saya mampu mengaplikasikannya ke semua hal.

Kenyataannya setelah mengemban pendidikan S2, baru saya sadari setiap pengetahuan ada pengetahuan lebih mendalam lagi. Pengetahuan yang sebelumnya dirasa telah sempurna dikuasai, ternyata belum ada apa-apanya. Malah kemampuan manajemen terhadap pengetahuan lebih penting dari segalanya. 

Tapi pembaca harus ingat, tidak ada pengetahuan yang bisa berdiri sendiri. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Kolaborasi pengetahuan, kolaborasi wawasan, dan kolaborasi kebijaksanaan adalah pilar menjadi manusia yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun