Berawal dari rasa penasaran, dilanjutkan pengen cicip, eh ... jodoh. Ya sudah, lanjut deh jadi warung langganan.
Tiap kali lewat, Warung pecel Jeje selalu menarik perhatian saya. Tempatnya terang benderang. Selalu ramai dikerumuni para pembeli. Apalagi saat warung baru buka, atau sekitar pk 18.30an Wita. Wih ... Itu yang antri, luar biasa.
Untuk menjawab rasa keingintahuan, mampir lah kami berdua ke warung tersebut.
Warung Pecel Jeje terletak di jalan Tukad Pakerisan, Panjer, Denpasar. Berada persis di depan persimpangan jalan Tukad Petanu. Buka tiap Senin – Jumat. Mulai pk.18.00 Wita – habis terjual.
Belakangan saya baru tau, bumbu pecelnya bikinan sendiri. Pantas rasanya enak. Berbeda dari penjual pecel kebanyakan.
Sang pemilik meracik bumbu pecelnya tiap Sabtu. Proses memasaknya, menghabiskan waktu sehari penuh. Dibikin dalam porsi besar yang kemudian disimpan. Buat persediaan selama satu minggu ke depan.
Sementara hari Minggu, pergi beribadah sekaligus meluangkan waktu berkumpul bersama anggota keluarga.
“Kalau dibikin (bumbu pecel) tiap hari, wah ya waktunya itu Mas, yang enggak cukup,” ujar pemilik menjelaskan.
Selain usaha kuliner, mereka juga punya usaha lain yakni toko aki kendaraan bermotor. Itu lah sebabnya nasi pecelnya hanya buka di malam hari.
Dalam menjalankan roda bisnis per-pecel-an, pasangan suami istri ini turut mengajak serta kedua buah hatinya yang berusia remaja.
Enak dan Higienis