Jarak antara jam makan pagi, siang dan malam, selama Nyepi Package di Best Western Kuta Beach Bali, bisa dibilang pendek. Kurang lebih selisih tiga sampai empat jam. Karena perut saya masih kenyang setelah sarapan, saya memutuskan untuk melewatkan jam makan siang.
Langit Bar & Lounge Best Western Kuta Beach / dap
Ngeliat Papan Catur Jadi Teringat Kang Pepih Nugraha / dap
Sejumlah aktivitas bisa kamu lakukan sepanjang pagi hingga sore, seperti bermain catur, kartu remi, dart
games, bikin
temporary tattoos hingga berenang
chyantik ala-ala. Sedangkan anak-anak bisa melakukan aktivitas mewarnai gambar atau mengikuti
cooking class. Semua kegiatan itu bisa kamu lakukan di
Langit Bar & Lounge di
rooftop lantai lima. Hitung-hitung
nunggu datangnya
sunset di ufuk barat.
Suasana RoofTop Best Western Kuta Beach Jelang Sunset / dap
Kamu Bisa Berenang Chyantik Ala-Ala Sambil Menikmati Keindahan Matahari Terbenam di RoofTop Best Western Kuta Beach / dap
Selain itu, masih ada pilihan lain yang bisa kamu lakukan, yakni
leyeh-leyeh di kamar sambil inernet'an. Akses internet di Best Western Kuta Beach Bali saya acungi dua jempol.
Kueeeenceng banget! Enggak nge-
buffer sama sekali pas nonton
Youtube. Kekuatan signal WiFi-nya bagus. Mau internet'an di kamar boleh, di lantai dasar di
Taste Restoran boleh, di
rooftop juga boleh. Bebas, tidak ada yang melarang selama masih di dalam hotel.
Tak terasa jam makan malam tiba. Dimulai dari pk 16.30 – 18.30 Wita. Sempat ngerasa aneh juga, kenapa waktu makan malamnya sesore itu. Ternyata ada alasannya. Nanti saya jelaskan. Tapi sekarang saya ingin meng-eksplorasi makanan yang dihidangkan terlebih dahulu.
Seperti yang telah saya terangkan pada artikel sebelumnya, “Nyepi di BW Kuta Beach, Seperti Apa?”, bahwa makanan yang disajikan selama Nyepi, formatnya buffet atau prasmanan. Banyak ragam hidangan yang bisa kamu pilih sesuai selera. Menu santapan malam saya adalah, nasi putih, ikan saus pedas, ayam kecap, capcay, buah-buahan, kue dan air putih.
Menu Santap Malam Saya / dap
Ikan saus pedasnya '
killer' banget. Enaknya bukan main!
Perfect! Saking enaknya sampai nambah dua kali saya, hehehe. Ukuran pedasnya buat saya memang tergolong medium, tapi ingat, yang makan di sini bukan hanya orang Indonesia saja, tapi juga ada turis asing. Di sinilah pintarnya
Chef Samuel, bisa mendapatkan 'garis tengah' antara lidah orang domestik dan mancanegara. Jadi sama-sama bisa menikmati. Tingkat rasa asinnya pun pas. Ada jejak rasa segar dari perasan jeruk nipis.
Peletakan Lilin
Mendekati berakhirnya jam makan malam, yaitu pk 18.30 Wita, kesibukan seluruh staff mulai tampak. Jalur komunikasi handy talky (HT) yang dibawa pegawai terdengar padat.
Terdapat satu orang yang paling mencolok sendiri diantara staff lain. Pria itu mengenakan pakaian adat Bali. Kepalanya memakai Udeng. Dari pinggang ke bawah ditutup sarung poleng hitam-putih. Tanggannya memegang senter dan tangan satunya lagi menggenggam HT. “Monitor ... Monitor,” ujarnya berkoordinasi dengan staff lain.
Meski langit mulai gelap, lampu penerangan luar di area hotel tidak dinyalakan. Itu lah mengapa jadwal makan malam dilangsungkan sore hari, karena salah satu larangan Nyepi adalah tidak diperbolehkan menyalakan lampu (lampu kamar boleh dinyalakan dengan catatan tirai ditutup rapat agar sinarnya tak sampai keluar ruangan).
Peletakan Lilin-Lilin yang Dilakukan Sejumlah Staff Jelang Malam Nyepi / dap
Di tengah kegelapan itu, saya mulai berkeliling. Staff yang saya temui beberapa diantaranya menggunakan sinar dari layar
handphone yang diarahkan ke lantai selagi berjalan. Saya lantas tertarik dengan aktivitas sejumlah pegawai yang sedang berkumpul. Mereka sedang menyalakan banyak lilin. Lilin-lilin itu nantinya akan disebar ke sejumlah titik. Satu lorong ditaruh tiga sampai empat lilin. Tujuannya tentu saja agar area hotel tidak gelap gulita.
Lorong yang Dihiasi Cahaya Lilin / dap
Saya pandangi sinar lilin yang menari elok tatkala angin semilir berhembus. Lorong itu terlihat cantik. Suasananya hening dan damai. “Bagus ya lilin-lilinnya, cakep,” ujar salah satu tamu yang saya temui di lorong. Sama seperti saya, wanita paruh baya itu juga tertarik dengan deretan lilin-lilin itu.
Fenomena Jutaan Bintang
Lihat Travel Story Selengkapnya