Dari sebuah video singkat, pandangan saya terhadap hutan mangrove melejit tajam. Selain dapat menangkal gelombang laut dahsyat, bila dikelola secara baik, hutan mangrove bisa menarik hati para wisatawan.
Video itu berjudul, "Mangrove, How They Protect Us From Tsunami". Bisa di search pada YouTube. Selama ini belum pernah saya melihat secara langsung efek kehebatannya. Dari video itu lah saya baru 'ngeh'. Pantas saja di kawasan Tol Bali Mandara hingga Nusa Dua, banyak sekali tanaman mangrove-nya.
Dengan semangat '45, saya berkunjung ke Hutan Mangrove Bali di jalan Bypass Ngurah Rai Km21, Suwung Kauh, Pemogan, Bali, Rabu (15/3). Berangkat siang hari karena asumsi saya, namanya hutan pasti teduh. Setidaknya kepala tidak tersengat langsung sinar matahari. Banyak pepohonan yang menjulang tinggi.
Ada dua posko di sana. Satu penjualan tiket dan satu lagi pemeriksaan tiket. Jaraknya tak begitu jauh. Kurang lebih terpaut sepuluh langkah saja. Wisatawan domestik dewasa dikenakan biaya Rp 10 ribu / orang.
"Sekitar 700 hektar, Mas" jawabnya singkat sembari merobek tiket yang saya serahkan.
Sewaktu petugas itu merobek tiket, dengan gayanya seperti merobek kertas contekan jaman SMA, saya termangu. Lha kok dirobek semua? Belum juga tiket itu saya foto. Disobek dikit bagian pinggirnya atau distempel kek, kan lumayan dibawa pulang buat kenang-kenangan. Tapi ya sudah lah. Tak apa.
700 hektar itu luas banget lho. Kalau datang jam segitu, kapan selesainya? Apa enggak kesorean? Kata saya dalam hati.
Mari lupakan soal jalan setapak berbahan kayu itu. Sekarang kita fokus ke pemandangan yang terhampar di depan mata.