Siapa sangka di tengah hiruk-pikuk padatnya kota Denpasar Bali, ternyata masih ada tempat nongkrong bersuasana asri. Bagai oase dihamparan padang pasir. Kesan itu bisa anda rasakan di Cafe Teduh.
Cafe Teduh berada di jalan Diponegoro gang XI no 1, Denpasar. Bila Anda datang dari jalan Dewi Sartika - Teuku Umar, belok ke kanan, masuk gang pertama, sisi kanan jalan. Lokasinya memang tersembunyi. Hanya motor yang bisa masuk. Itupun sempit. Bagi anda yang bermobil harus rela parkir sedikit jauh di jalan Patih Jelantik.
Lorong Gang Sempit Hanya Bisa Dilalui Motor dan Pejalan Kaki / dap
Ketika saya menyusuri lorong gang, saya sempat ragu. Bener enggak sih ini jalannya? Jangan-jangan masuk ke rumah orang? Tapi begitu melewatinya, saya terkesima. Lahannya luas banget! Bisa menampung sekitar 30'an motor sekaligus.
Halaman Utama Sekaligus Dijadikan Parkir Motor / dap
Di sini atmosfernya berubah drastis. Bising lalu-lalang kendaraan terdengar samar. Berganti kicauan burung-burung hias berjenis kenari dan beo. Terik mentari tertahan oleh rindangnya pepohonan yang menjulang tinggi. Angin berembus sepoi-sepoi. Suara air kolam ikan yang bergemericik. Ditambah lantunan musik instrumental lembut membelai telinga. Itu semua membuat suasana terasa makin syahdu.
Meja dan Kursi Ruang Terbuka / dap
Gazebo yang Dilengkapi Meja dan Kursi / dap
Ruang makan berupa gazebo dan ruang terbuka. Ada yang lesehan, ada pula yang meja kursi. Satu gazebo daya tampungnya beragam. Mulai dari berempat sampai rombongan. Maka tak heran bila yang datang kebanyakan berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa/i, hingga para profesional muda.
Meski suasana di tempat ini amat rindang dan asri, saya tak mendapati adanya nyamuk-nyamuk nakal.
Lidah Menggelepar Nikmat
Hidangan yang ditawarkan Cafe Teduh cukup lengkap. Mulai dari makanan ringan --camilan-- sampai yang berat pun ada. Begitu pula dengan jenis minumannya, dari
juice, milk shake, Italiano soda, sampai ice cream. Di sini tak tersedia minuman alkohol.
Menu andalan --signature dish-- yang ditawarkan ada empat macam: ayam bumbu rica, ayam atau ikan woku berkuah, nasi bakar ayam dan nasi bakar cumi hitam. Pada kesempatan itu, saya dan partner seperjalanan memesan: nasi bakar udang dan nasi bakar cumi. Sementara minumannya adalah stroberi frezz dan es cakalele.
Sekitar 30 menit kemudian pesanan kami tiba. Penyajiannya cukup cantik. Nasi dibungkus rapih daun pisang. Sebagai pelengkap diberi tambahan kerupuk udang --orang Jawa bilang kerupuk
unyil-- dan tak ketinggalan sambal. Bagi anda yang doyan kerupuk tak perlu khawatir. Ada setoples kaca besar berisi kerupuk di sana. Anda boleh ambil sesuka hati.
Aroma wangi khas daun pisang yang dibakar tercium nikmat. Membangkitkan selera makan. Itu masih belum seberapa. Tunggu sampai anda menyobek daun hingga terlihat isinya. Alamak! Harumnya berkali-kali lipat menerjang hidung. Spontan air liur saya menyembur liar di mulut.
Nasinya berwarna hitam. Berasal dari tinta cumi yang ikut diolah. Potongan cuminya royal. Tidak pelit alias melimpah. Nasinya pun tak kalah nikmatnya. Jujur, baru kali ini saya merasakan nasi seenak itu. Teksturnya pulen dan lembut. Bila dirasa lebih detail, ada sensasi rasa gurih samar-samar.
Lihat Travel Story Selengkapnya