Mohon tunggu...
Darvesh Reyhan
Darvesh Reyhan Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Jember Jurusan Hubungan Internasional

Slow Living but need Fast Money

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prolog (Vol.2)

19 Maret 2025   02:11 Diperbarui: 19 Maret 2025   02:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang aku terlalu malas untuk berkarya sebab quote Instagram pernah berkata "orang genius berangkat dari pribadi pemalas"

Pribadi menjelma menjadi insan tanpa tujuan arah yang jelas, menggantung nasib pada takdir perjudian Tuhan. Tanpamu pun aku hanya seseorang yang asing dengan ambisi sadis.

Hari ini malam yang tenang dengan suara lantunan ayat suci Al Qur'an yang berkumandang dalam dekapan malam ramadhan, aku melihat langit malam dengan bulan yang tidak bulat sempurna. Aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna dan banyak salah di masa lalu, namun setiap orang berhak atas sejarah masa lalunya. Terkadang aku terpikir bagaimana bisa aku hanya terus memandang langit jika aku hanya diam saja duduk di lantai dua tanpa usaha jelas, hidup memang tidak perlu tergesa-gesa namun terbesit di pikiran ku untuk memulai prolog ini hati berbunyi dengan lembut "segala sesuatu di dunia ini hanya bersifat fana, namun perubahan yang kubuat hari ini adalah satu satunya yang abadi". 

Apa yang aku cari di dunia kapitalis ini?  

Segala hal hanya bersifat materialistik untuk di zaman sekarang, engkau tak akan mendapatkan apa yang kau mau baik itu cinta, kasih sayang, maupun celana dalam bekas jika kau tak memiliki uang. Lupakan bagaimana kondisi mental mu dengan ambisi menggebu untuk mencapai kesejahteraan hidup dan pengakuan sosial, mengeluarkan uang untuk berinvestasi di Indodax lebih berguna daripada harus ke psikolog dan terapi psikologis itu. Hidup dengan dihimpit kedua kelas sosial ( kaya dan miskin) membuatku sesak nafas, melihat pribadi yang kaya dengan status sosial tinggi serta sokongan uang dari mama dan papi membuat kehidupan menjadi lebih rapi, dan merasakan kelas miskin di era modern ini mendapatkan bantuan dari kanan dan kiri tanpa henti. Aku tidak terlihat karena berada di tengah, aku hanya berusaha keluar dengan melihat harus jatuh ke arah yang mana, namun itulah kehidupan. Kita semua terlalu dimanjakan oleh kapitalis dengan tidak mau bersuara karena mulut dan tangan diberi kenikmatan dari sang penguasa, sama seperti yang dirasakan Antonio Gramsci dengan mempertanyakan mengapa ajaran Marx tidak berlaku di negara liberal kapitalis? Ya karena mereka dimanjakan oleh penguasa. 

Takdir bukanlah sesuatu yang harus diterima, melainkan sesuatu yang kita bisa ditaklukkan.

Beberapa bulan lalu aku hanya bisa mempertanyakan tanpa henti, apakah semua ini memang harus berhenti? Melihat pisau bermata runcing seperti jawaban akan pertanyaan di kala itu. Namun apapun yang terjadi merupakan sejarah di masa lalu tanpa harus memperhitungkan yang telah lalu, segala bentu ke- glamor finansial dan gaya hidup sudah harus diikhlaskan seksama tanpa harus bersusah payah menyalahkan. Kita berhak memulai menulis kisah kita maupun genre apa yang akan kita ambil sekarang tanpa harus melihat standar media sosial sekarang, persetan dengan aturan dunia dan teologis semata sebab manusia adalah makhluk sekuler yang hidup dengan perpaduan luka dan harapan yang saling bertarung dalam keheningan malam.  

"temukan jati diri kita tanpa bergantung pada pengakuan dunia, sebab makna keberadaan tidak ditentukan oleh sorotan, melainkan oleh cahaya yang menyala dari dalam."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun