Kondisi pemuda hari ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, adalah pemuda yang membebani, yakni mereka yang saat ini menjadi penyalahguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Kedua, pemuda pasif adalah mereka yang larut dalam keindividualitasnya. Asyik dengan gadget tanpa peduli keadaan di lingkungan sekitar yang lebih nyata. Sementara golongan ketiga adalah pemuda pembangun, yakni mereka yang secara aktif berkecimpung dalam kegiatan sosial politik dan memberikan perhatian besar terhadap kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal itu disampaikan Kepala BPO Dikpora DIY Edy Wahyudi dalam Diskusi Publik bertajuk Reaktualisasi Peran Pemuda dalam Semangat Nasionalisme untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional di Auditorium Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Selasa (18/08).
Edy mengatakan, jumlah penyalahguna narkoba di DIY terbilang sangat tinggi dan justru tersebar di wilayah-wilayah yang notabene berdekatan dengan kampus-kampus ternama, seperti UGM, UII, UPN, UAJY, dan UNY. Karena itu pihaknya berharap, pemuda DIY yang saat ini berjumlah 1,2 juta jiwa ini, mau secara bersama-sama memerangi penyalahgunaan narkoba karena benar-benar dapat merusak generasi bangsa dan menghancurkan negara di masa depan.
“Untuk mengacaukan Indonesia tidak perlu menyasar dari Sabang sampai Merauke. Tapi cukup dengan ke Jogja dan mencekoki mereka dengan narkoba.” Tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir pula Kasi Teritorial Korem 072/Pamungkas Kolonel Arm. Indro Respati. Dalam paparannya, Indro mengatakan, selain narkoba (candu) secara historis Indonesia juga telah diwarisi politik adu domba antarsesama anak sebangsa oleh Jepang dan Belanda.
“Sehingga yang terjadi sekarang ini adu domba demikian masifnya. Kita tidak mempunyai kesatuan rasa nasonalisme yang utuh sebagai sesama anak bangsa, yang seharusnya dapat bersatu padu membangun negara.”
Ia menilai, pemuda Indonesia saat ini harus mampu menata pola pikir semacam itu, mampu memilih lingkungan yang kondusif, konsisten, disiplin, dan terus memelihara rasa cinta tanah air.
“Itu adalah modal kita untuk menghadapi berbagai ancaman yang sedang mengintai Indonesia.” Paparnya.
Di akhir acara, perwakilan prodi Ketahanan Nasional Ahmad Zubaidi mengajak kepada seluruh tamu undangan yang hadir untuk dapat bergabung di Sekolah Pascasarjana UGM, khususnya prodi Ketahanan Nasional dengan konsentrasi pengembangan kepemimpinan.
“Prodi Ketahanan Nasional merupakan jurusan unik dan hanya sedikit perguruan tinggi yang mengelola jurusan tersebut. Kami juga membuka kesempatan bagi calon mahasiswa yang ingin mendaftar melalui jalur beasiswa Kemenpora RI dan Kemenristek Dikti.” Jelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H