Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Generasi Milenial dan Ingatan yang Teralihdayakan

19 Desember 2017   14:23 Diperbarui: 22 Desember 2017   15:58 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alihdaya Ingatan

Saya tak tahu hal serupa dirasakan oleh orang lain atau tidak. Tapi yang jelas, saya semacam telah mengalihdayakan ingatan dan urusan kepada Google, Youtube, dan mesin pencari lainnya. Saya juga telah memasrahkan ingatan kepada gawai, laptop, flashdisk, hardisk, dan memori micro SD. Saya juga telah sangat mengandalkan Google Map ketika tersesat atau mencari tempat dan jalan yang masih asing dalam ingatan. Sehingga secara praktis saya kemudian beranggapan bahwa selama ada mereka semua, saya tak perlu mengkhawatirkan apa pun. Segala persoalan bisa selesai dengan cepat dan tepat.

Dengan demikian, sekarang ini kita tidak perlu benar-benar hafal, paham, atau expert di bidang tertentu. Cukuplah kita punya akses terhadap internet, maka kita akan bisa melakukan/tahu/paham banyak hal. Ya walaupun dengan cara yang sangat amatir dan medioker. Sampai di sini mungkin sekilas tidak tampak ada persoalan. Pokoknya selama ada akses internet, semua hal bisa jadi tampak lebih mudah.

Namun apabila kita telisik lebih jauh, maka akan muncul pertanyaan: bagaimana bila kita berada di desa yang tak ada akses internetnya dan di sana kita harus melakukan sesuatu hal? Seperti membuat pupuk kompos misalnya.

Bagaimana kalau tiba-tiba kita berada dalam kondisi darurat? Kita kecelakaan dan hape hilang/ikut rusak misalnya.

Siapa yang akan kita hubungi pertama kali untuk kita beri kabar? Ingatkah kita berapa nomor darurat itu?

Bagaimana kalau misalnya kita tersesat di sebuah wilayah yang tidak ada penduduknya dan tidak terdapat sinyal, sementara baterai hape kita telah habis?

Saat itulah mungkin kita akan langsung sadar bahwa ternyata tidak semua persoalan bisa selesai dengan internet dan perangkat modern lainnya. Kita masih tetap butuh ingatan, catatan, dan buku bacaan yang ada fisiknya. Kita tetap butuh hapalan. Kita tetap butuh memahami tanda-tanda alam. Kita tetap butuh interaksi dengan lingkungan sekitar. Kita tetap butuh hal-hal tradisional dan kuno. Dan kita tetap butuh manusia untuk ditanyai tentang suatu urusan. Serta kita butuh mengalami dan mempraktikkan banyak hal agar benar-benar paham, ingat, dan hafal atas banyak hal pula.

Jogja, Desember 2017

Darul Azis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun