Minggu pagi (17/12) kemarin, saya mengikuti acara senam masal bersama adik-adik di organisasi. Walau selisih usia kami tidak terlalu jauh, namun bisa dikatakan kami telah berbeda generasi, apabila bertolak dari pengkategorian generasi X, Y, Z. Di antara mereka ada yang dilahirkan di atas tahun 1998, yang artinya mereka termasuk dalam generasi Z (generasi alpha). Sedangkan saya termasuk dalam generasi Y, karena terlahir di bawah tahun '98. Namun demikian, kami sama-sama generasi milenial. Yakni generasi yang hidup di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang artinya kami sama-sama hidup di era yang serba mudah, cepat, dan instan.
Kembali ke soal senam tadi. Meski dulu waktu di sekolah menengah kami selalu senam pada hari Jumat, namun ternyata tidak ada seorang pun di antara kami yang ingat dan hapal seluruh gerakan senam. Sehingga tadi kami harus menggunakan bantuan video yang diputar di laptop. Barangkali salah satu penyebabnya adalah karena dulu kami senam secara terpaksa atau sekadarnya; untuk memenuhi aturan sekolah. Atau bisa jadi karena setelah lulus, kami tak pernah benar-benar mempraktikkan ulang gerakan senam. Atau sebab lain: karena kami bukanlah instruktur senam dan merasa tidak berkepentingan dengan gerakan tersebut.
Tapi terlepas dari itu semua, melihat kenyataan bahwa untuk senam saja kami harus menggunakan bantuan video di laptop, batin saya jadi tersentak. Pikiran saya terganggu.
Saya pun kemudian jadi ingat, belum ada satu bulan ini saya akhirnya bisa menghapal nomor hape saya yang satunya. Saya juga jadi ingat, tak ada nomor seorang pun yang saya hapal. Bahkan termasuk nomor keluarga saya di rumah. Sehingga ketika berkepentingan dengan nomor tersebut, saya harus membuka hape terlebih dahulu. Dan ternyata hal itu cukup merepotkan, bila dibandingkan dengan bila saya sudah menghapalnya.
Saya juga tidak ingat kode pos alamat rumah saya di Lampung dan tidak ingat kode pos tempat saya bermukim di Jogja. Sehingga ketika berkepentingan dengan kode pos tersebut, saya harus browsing dulu di internet. Ini ternyata juga sangat merepotkan.
Hal itu kemudian menyadarkan saya bahwa ternyata kemajuan teknologi informasi dan komunikasi secara perlahan telah mengeliminasi peran ingatan saya terhadap banyak hal. Saya bahkan telah mengalihdayakan ingatan saya kepada perangkat elektronik, internet, dan ruang penyimpanan data digital.
Medioker
Sementara itu, untuk menunjang aktivitas sehari-hari, di jagat internet kini telah tersedia banyak tutorial, tips, maupun tuntunan praktis untuk setiap aktivitas manusia; memasak, senam, upacara adat, memakai pakaian adat, Â silat, memperbaiki barang elektronik, membuat pupuk kompos, dan lain sebagainya. Baik dalam bentuk video, gambar, maupun tulisan. Derajat kedetailannya pun beragam, ada yg cuma garis-garis besar, ada yang lumayan detail, dan ada yang detail banget.
Sehingga dengan adanya tutorial-tutorial tersebut, kita pun kemudian tidak perlu lagi menghapal atau mengingat segala hal yang mungkin kurang begitu kita butuhkan. Kita tidak perlu menjadi benar-benar paham terhadap sesuatu, melainkan cukup tahu saja ketika kita membutuhkannya. Sebagai contoh: saat ini kita tidak perlu benar-benar paham dan hapal bagaimana gerakan suatu tarian adat, tapi ketika suatu saat kita membutuhkannya, cukuplah mencari contoh videonya di Youtube. Contoh lain, kita saat ini tidak perlu benar-benar paham bagaimana cara bercocok tanam secara hidroponik, tapi bila suatu saat kita membutuhkannya tinggal mencari video tutorialnya di Youtube.
Kita kini tidak perlu menghapal nama-nama ibukota negara-negara di dunia karena di internet sudah ada. Kita sekarang tidak perlu benar-benar ingat bagaimana lirik sebuah lagu, karena di internet sudah ada. Kita sekarang tidak perlu benar-benar hapal semua doa, karena bisa dicari sewaktu-waktu di internet ketika memang sedang membutuhkannya. Kita sekarang tidak perlu benar-benar hapal teori tentang sesuatu, karena juga bisa dicari di internet kapan saja kita mau.
Demikianlah. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi selain telah mempermudah kehidupan kita ternyata juga mereduksi daya tampung, daya ingat, dan daya paham kita terhadap sesuatu hal. Paradoksnya lagi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga telah mengeliminir hal-hal yang kurang begitu penting dari ingatan kita untuk kemudian digantikan oleh hal-hal yang sebenarnya juga kurang begitu penting. Misalnya: kita tidak ingat bagaimana cara membuat kue pukis tapi ingat betul tahu benar dengan gosip terbaru salah satu artis.