Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Inilah Akibat Buruk Menabung di Sembarang "Bank", Sebuah Kisah Nyata

3 September 2017   16:52 Diperbarui: 8 November 2017   18:12 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via bandung.bisnis.com

***

Persoalan menyimpan uang di bank yang telah menjadi peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), ternyata baru mampu saya terapkan pada diri saya sendiri yang memang hidup sebagai masyarakat urban dalam 6 tahun belakangan ini. Sementara keluarga saya sendiri, yang notabene hidup di daerah pedesaan, belum sepenuhnya mampu (saya dorong) untuk melakukan hal sama. Faktor keguyuban dan rasa "sudah percaya" terkadang menjadi hal yang tak bisa ditentang begitu saja. Ada rasa tepa selira yang harus dipertimbangkan. Namun kalau sudah begini, enak tidak enak tetap harus berlaku tegas, bukan? Dan yang dirugikan tetaplah nasabah itu sendiri!

Sekarang, yang bisa dilakukan ibu saya dan juga kakak saya hanya terus mendatangi F untuk menanyakan kabar uang tabungannya, sebagaimana nasabah lain. Semalam, ketika saya menelepon Ibu, F berjanji uang tersebut baru akan bisa cair pada akhir bulan September ini. Semoga janji itu bisa terealisasi. Aamiin.

Bagi saya, pengalaman ini memberi pelajaran yang sangat berharga. Memang benar saat ini kita harus berpikir dan berlaku cerdas dalam mengelola keuangan termasuk dalam memilih bank tempat kita menyimpan tabungan, namun jangan lupa, ada orang-orang di sekeliling kita yang juga perlu untuk diberi pemahaman dengan intensif tentang bagaimana memilih tempat yang baik untuk menyimpan uangnya. Mereka juga perlu diberi pemahaman dengan bahasa dan penjelasan yang nudah diterima, bahwa dalam urusan menabung uang di bank, kita tidak bisa sembarangan.

Kita harus terlebih dahulu memastikan bahwa bank tersebut telah menjadi peserta LPS, agar ketika terjadi sesuatu, semisal krisis atau penarikan uang secara besar-besaran dan bersamaan oleh nasabah sehingga mengakibatkan bank tersebut kolaps, uang kita tetap aman dan tidak akan hilang. Hal itu dikarenakan bank tersebut sudah melimpahkan risiko kepada LPS, selaku pihak yang akan menjamin simpanan nasabah. Ilustrasi sederhananya, LPS ibarat BPJS dan bank adalah pesertanya, sehingga ketika bank mengalami sakit, maka biaya berobat akan diganti oleh LPS. 

Dengan begitu, maka bank maupun nasabah akan senantiasa merasa aman, tenang, dan mendapatkan kepastian, sehingga mereka bisa memfokuskan diri untuk bekerja, beribadah, dan berbahagia. Serta tidak ada lagi korban lain seperti kakak, ibu, dan orang-orang di kampung saya.

Darul Azis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun