Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Koh Felix Siauw Sinau Bareng Cak Nun

9 Agustus 2017   14:19 Diperbarui: 8 November 2017   18:13 6422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinau Bareng Cak Nun di Krapyak, Yogyakarta (dok. Caknun.com)

Tadi malam, aku iseng-iseng nengok akun fesbuknya Koh Felix Siauw. Niatku cuma satu, pengin tahu a.k.a kepo. Pengin tahu apa yang sekarang beliau statuskan dan dakwahkan pasca pembubaran HTI.

Satu per satu status beliau kubaca, hingga akhirnya aku menemukan statusnya pada tanggal 7 Agustus lalu bertajuk "Sinau Bareng Caknun". Status tersebut isinya kurang lebih merupakan testimoni dan kesan Koh Felix atas cara Cak Nun membersamai jamaah Ma'iyah.

Awalnya aku sempat agak kaget, tapi untunglah kemudian aku ingat sebuah pitutur Jawa agar hendaknya manusia itu jangan gampang kaget dan gampang takjub. Hingga jadilah kemudian aku menganggap itu sesuatu hal yang wajar. Dan perlu dikomentari. Hee

Bukan masyarakat Ma'iyah namanya kalau tidak memberikan dukungan kepada Koh Felix yang mau sinau bareng (ingat, bareng loh ya, bukan kepada) Cak Nun. Aku pun kemudian menyelia komentar-komentar atas status tersebut. Dan benar saja, Koh Felix mendapatkan banyak dukungan dari (mungkin) masyarakat Ma'iyah dan juga warga nahdhliyin. Ya memang ada beberapa yang berkomentar dengan sedikit menghujat, tapi tidak banyak. Seperti halnya mereka yang berkomentar tentang halal haramnya musik. Tapi sekali lagi itu tidak banyak. Lebih banyak yang memberikan dukungan.

Banjirnya dukungan terhadap Koh Felix yang mau sinau bareng Cak Nun merupakan bukti betapa terbukanya warga nahdhliyin terhadap eks anggota HTI. Sebelum ini, GP Ansor juga telah lebih dulu melakukan langkah yang sama, merangkul eks anggota HTI dan mengecam keras segala bentuk tindakan persekusi yang dilakukan kepada eks anggota HTI. Saya jadi berandai-andai, kalau saja malam itu Cak Nun tahu ada seorang Koh Felix di sana, pastilah Koh Felix akan langsung diminta untuk ke panggung, dipeluk, dibesarkan hatinya, serta diberi kesempatan untuk berbicara oleh Cak Nun.

Kesediaan Koh Felix untuk sinau bareng Cak Nun juga merupakan kabar baik bagi kita. Di luar apa pun motivasi beliau. Dari situ kita jadi paham, bahwa bergaul dan saling mengenal satu sama lain meski berbeda organisasi ataupun keyakinan itu memang lebih baik ketimbang mengeksklusifkan diri dengan teman yang itu-itu saja. Eksklusivitas itu berbahaya, kawan.

Di samping itu, baik Koh Felix maupun Cak Nun pun sebenarnya punya keyakinan yang sama: kebangkitan dan kemenangan umat Islam, yang selama ini oleh Koh Felix dimaknai secara statis sebagai sistem khilafah dengan kehizbuttahrirannya.

Berbeda dengan Koh Felix, Cak Nun memaknai konsep khilafah sebagai sesuatu hal yang lebih dinamis dan komprehensif. Menurut Cak Nun, kekhalifahan manusia di muka bumi sudah niscaya. Hanya saja untuk saat ini, belum waktunya. Butuh waktu berpuluh-puluh (atau bahkan beratus-ratus) tahun lagi untuk mewujudkannya. Umat Islam harus bersabar sambil terus mempersiapkan diri dari sekarang.

Untuk tujuan itulah Cak Nun berkeliling Indonesia selama hampir dua puluh tahun ini, yakni ndheder (menyemai bibit) para pemimpin muslim masa depan; para pemimpin yang memiliki jati diri, percaya diri, harga diri, berjiwa kesatria, dan lembut hatinya serta berani melawan sistem kapitalisme yang sampai sekarang masih merongrong martabat bangsa Indonesia.

Yogya, 9 Agustus 2017

Darul Azis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun