Untuk menumbuhkan minat baca, cara yang juga sangat baik adalah dengan mengenali minat terlebih dahulu. Kemudian, marilah kita membaca sesuai minat masing-masing. Itu akan jauh lebih membantu. Atau setidaknya, memberikan porsi yang cukup besar terhadap bacaan yang sesuai dengan passion kita.
Kalau memang sangat berminat terhadap fesyen, sebaiknya alokasikan waktu Anda untuk banyak-banyak membaca tentang dunia fesyen. Kalau memang sangat berminat terhadap olahraga, sudah selayaknya kita lebih banyak membaca tentang dunia olahraga. Kalau memang sangat berminat tentang isu-isu politik, akan lebih baik kalau kita membaca banyak hal tentang politik pula.
Ya, membaca dengan cara seperti itu memang akan terkesan membuat pengetahuan kita sangat sempit karena hanya berfokus pada satu hal, tapi sebenarnya sangat mendalam, dan itu sangat bagus. Tapi jangan khawatir, lama-kelamaan pasti akan bergeser juga kok ke hal-hal lain yang agak umum. Karena toh, suatu pengetahuan tak akan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berkait erat.
4. Kepo
Menurut Kamus Besar Bahasa Alay Indonesia (KBBAI), kepo memiliki arti rasa ingin tahu yang sangat besar (tapi bukan tahu ukuran jumbo loh ya!). Aktivis mbribik militan, pasti akan gencar membaca masa lalu bribikannya dengan rutin dan sukarela –melalui apalagi kalau bukan media sosialnya.
Kaum gagal move on, pasti juga akan dengan rajin -minimal lima waktu dalam sehari semalam- membaca status-status media sosial mantannya. Berhadap ada status yang mengandung kode kalau sang mantan ingin balikan dengannya. #Mulaingawur
Pada tingkatan yang lebih terhormat, rasa kepo ini akan menjadikan seseorang untuk gemar menggosip membaca. Orang yang kepo pada banyak hal, hampir dapat dipastikan akan mencari tahu tentang hal itu -harapannya sih dengan membaca. Mereka akan menjadi detektif-detektifan untuk memuaskan hasrat keponya yang menggebu-gebu itu.
Lantas, kita akan dengan lantang meneriakkan jargon anti-mainstream ini : Berani kepo, baik!”
5. Menciptakan PW
Membaca dengan posisi weenak, siapa sih yang nggak mau? Mau membaca sambil nungging, sambil sikap lilin, sambil buang hajat di WC, sambil bercinta, sambil ngerokok, sambil minum kopi, sambil ngemil, asalkan itu bisa membuat kita asyik, nyaman, dan khusyuk membaca, kenapa tidak?
Kita tidak perlu mendurhakai kesenangan kita, mengombinasikannya justru lebih baik. Misalnya, si Anok memiliki dua kesenangan: membaca dan ngerokok. Kemudian dia mengombinasikan kedua kesenangannya itu: membaca sambil ngerokok. Lak uwenak tenan rasanya. Kalau tak percaya, coba saja.