Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Kecenderungan Orang Indonesia di Masa Kini

28 Maret 2017   13:43 Diperbarui: 28 Maret 2017   13:51 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via https://www.teamwork.com/

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ternyata semakin mempertegas kecenderungan orang Indonesia. Jika dulu kecenderungan tersebut hanya tersembunyi di balik tirai kehidupan yang tradisional dan terbatas, modernitas telah mengubahnya menjadi semakin terbuka, frontal, dan bebas.

Hal itu akan dengan mudah kita temukan di media sosial, grup obrolan, dan berbagai situsweb. Ketiga media tersebut benar-benar banyak mengubah kebiasaan dan pola pikir, pola laku, dan pola rasa orang Indonesia. Hal-hal yang dulu tabu dan privat, kini bisa dengan mudah mencuat ke publik. Sebaliknya, hal-hal yang dulu dianggap lazim, kini kerapkali ditentang habis-habisan oleh kebanyakan orang.

Sekurang-kurangnya ada 4 kecenderungan orang Indonesia yang semakin terlihat di era 'dunia dalam genggaman' ini. Di antaranya adalah semakin gampang terbawa perasaan atau yang lebih populer dengan sebutan 'baper', semakin senang bercanda, semakin gemar mem-bully, dan mudah terpengaruh tanpa penyaringan dan pelibatan akal sehat.

1. Orang Indonesia di Masa Kini Jadi Gampang Terbawa Perasaan

Sejak dulu orang Indonesia memang dikenal lebih banyak melibatkan rasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut menjadikan mereka semakin bijak, halus, dan tak banyak bicara. Seperti misalnya mereka lebih lembut terhadap alam sekitar dan makhluk-makhluk tak kasat mata yang juga hidup di sekitarnya. Melibatkan perasaan dalam setiap aktivitas kehidupan memang penting untuk dilakukan, tetapi perlu disadari jangan sampai kemudian pelibatan perasaan menjadi lebih dominan ketimbang pikiran.

Seperti yang terjadi sekarang ini. Pelibatan perasaan semakin mendominasi kehidupan orang Indonesia. Mereka bukan lagi sekadar melibatkan perasaan, tapi sudah sampai pada taraf terbawa perasaan. Terhanyut. Terbawa arus. Artinya, yang bersangkutan sudah tiada lagi punya kuasa untuk mengatur perasaannya sendiri. Karena perasaannya terus-menerus dikontrol oleh keadaan di luar dirinya, yakni oleh media sosial, artikel di internet, dan meme-meme.

Tak ada jalan lain ketika seseorang sudah terbawa perasaan, maka segala yang dirasa harus diungkapkan. Itulah yang menjadikan mereka semakin liar, kasar, dan frontal. Hal itu bisa kita temukan dengan mudah pada tiga jenis media yang saya sebutkan di muka.

Media sosial seperti Facebook yang oleh Zuckerberg dikehendaki menjadi ruang untuk mengungkapkan pikiran si empunya akun, masih sering digunakan sekadar untuk mengungkapkan perasaan.

Situsweb-situsweb besar yang seharusnya bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan, sampai kini justru banyak yang hanya menyajikan konten-konten baper.

Instagram yang seharusnya menjadi media berbagi foto-foto istimewa dengan keterangan seperlunya, justru digunakan untuk menyebarkan meme-meme yang menjurus ke arah seks bebas, sentimen SARA, dan lain sebagainya.

Dulu pertanyaan 'kapan nikah?' tak pernah dipermasalahkan. Namun kini, pertanyaan tersebut telah berubah menjadi sesuatu hal yang tabu untuk dipertanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun