Program mobil nasional sejatinya telah digulirkan di Indonesia sejak tahun 1974, namun selalu gagal karena ada pihak-pihak yang berkepentingan. Kini, siapa yang terancam dengan munculnya Kiat Esemka? [caption id="attachment_153202" align="alignnone" width="450" caption="KIAT ESEMKA. Mobil nasional hasil kreasi siswa-siswa SMK di Jawa Tengah yang kini sedang jadi bahan pembicaraan publik. (Foto: Net)"][/caption]
TAHUN 1974-1975 adalah tahun-tahun pertama ide mobil nasional (mobnas) mulai diwacanakan di Indonesia. Menggandeng pabrikan Jerman, Volk Wagen (VW), pada saat itu direncanakan menghadirkan Mitra (Mobil Transportasi Rakyat). Sayangnya, tidak ada dukungan prinsipal membuat proyek tersebut mangkrak.
Lima belas tahun kemudian muncul mobnas dengan merek MR 90 (Mobil Rakyat 1990) yang di-back up Suzuki di bawah Subronto Laras (Indomobil). Ini pun gagal. Alasannya kala itu, teknologinya usang, di sisi lain modelnya tidak sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia yang suka produk yang wah.
[caption id="attachment_153208" align="alignnone" width="448" caption="VOLK WAGEN. Mobil rakyat Jerman yang cukup memasyarakat di Indonesia. (Foto: Net)"]
Namun, gara-gara tidak “melibatkan” Cendana, proyek ini berujung tak jelas. Tahun 1995, program Maleo yang sudah siap diluncurkan dibatalkan tanpa ada alasan jelas. Tungky Ariwibowo, Menperin kala itu, beralasan, proyek Maleo masih terkait dengan Jepang yang selama 20 tahun, menurutnya, tidak ada upaya alih teknologi.
Di tengah ketidakjelasan itu, tiba-tiba keluar Keppres No. 2 Tahun 1996 tentang Mobnas yang dilanjutkan dengan Inpres No. 42 Tahun 1996 yang menunjuk PT Timor Putra Nasional (TPN) sebagai pelaksana program mobnas. Tak terlalu mengejutkan karena di situ ada Hutomo Mandala Putra, anak kesayangan Soeharto, sebagai pemilik TPN.
TPN akhirnya berhasil memproduksi Timor yang merupakan akronim dari "teknologi industri mobil rakyat"di tahun itu juga dengan me-rebadge mobil Korea tipe KIA Sephia. Timor berbasis mobil impor, namun didukung komponen lokal. Proyek ini tak bertahan lama, karena tahun 1998 Soeharto jatuh dan proyek ini dihentikan.
[caption id="attachment_153209" align="alignnone" width="336" caption="GEA. Mobil nasional yang diproduksi oleh PT KAI namun tidak berkembang. (Foto: Net)"]
Selain Tawon, ada juga mobil besutan Fin-Komodo yang memproduksi mobil off-road. Mobil kecil ini mampu melintasi hutan sejauh 100 kilometer dalam waktu 6 jam, dan hanya memerlukan konsumsi BBM sebanyak 5 liter. Sayangnya mobil ini belum populer di pasaran.
[caption id="attachment_153219" align="alignnone" width="448" caption="TAWON. Mobil nasional yang diproduksi oleh perusahaan swasta. (Foto: Net)"]
Nah, baru-baru ini muncul Kiat Esemka, mobil SUV (Sport Utility Vehicle) yang diproduksi oleh anak-anak SMK 2 Surakarta dan SMK Warga Solo dan dikerjakan di bengkel mobil rumahan Kiat Motor Klaten. Gema mobil ini begitu besar karena peran Walikota Surakarta, Joko Widodo atau lebih dikenal sebagai Jokowi. Walikota nyentrik itu membeli dua unit Kiat Esemka sebagai mobil dinas pengganti Camry yang ia tolak.
[caption id="attachment_153211" align="alignnone" width="300" caption="MARLIP. Si marmut LIPI. (Foto: Net)"]
Mengapa perlu dikawal? Ya, sangat perlu. Sebab, selalu ada yang kebakaran jenggot jika Indonesia berencana memproduksi mobnas. Ada banyak yang berkepentingan dengan industri otomotif Tanah Air. Konkretnya, jika mobnas benar-benar berkembang, ada pasar yang selama ini sudah comfort akan terganggu dan terancam.
Lihat saja. Per Desember 2011 lalu, penjualan mobil di Indonesia mencapai 888.335. Artinya, setiap bulan ada sekitar 70.833 unit mobil yang terjual. Jika lebih diperinci lagi, dalam sehari terjual 2.361 unit, atau per jam terjual 98 unit mobil, atau 1,63 unit per menit atau 3 unit dalam 2 menit. Asumsinya, sehari 24 jam kerja, sebulan 30 hari kerja.
Data (sementara) Penjualan Mobil 2011
Merek
Ritel 2011
Desember
Total 2011
Toyota