Bayangkan jika Anda menerima pesan WhatsApp dari nomor yang tampak familiar, mengaku sebagai teman dekat yang sedang butuh bantuan dana mendesak. Atau, Anda melihat video seorang pejabat pemerintah yang menyampaikan pernyataan kontroversial, padahal itu hanyalah hasil rekayasa AI. Kedua skenario ini menggambarkan ancaman nyata kejahatan siber berbasis AI yang semakin marak, khususnya penipuan online dan deep fake. Apakah Anda sudah siap menghadapinya?
Penipuan online seperti hantu digital yang mengintai di balik layar internet. Mereka bersembunyi di balik berbagai modus, menunggu korban yang lengah. Beberapa jenis penipuan online yang umum di Indonesia antara lain phising, penipuan investasi, dan penipuan belanja online.
Pada phishing, penipu mengirimkan email atau pesan palsu yang seolah-olah berasal dari lembaga terpercaya (bank, e-commerce, dll.) untuk mencuri informasi pribadi seperti username, password, dan nomor rekening. Bayangkan, email yang tampak persis seperti dari bank Anda, meminta Anda untuk mengklik tautan dan memperbarui informasi akun. Apakah Anda akan langsung percaya?
Sedangkan pada penipuan investasi: Penipu menawarkan investasi dengan keuntungan yang sangat tinggi dan tidak realistis. Mereka seringkali menggunakan platform media sosial atau website palsu untuk menarik korban. Pernahkah Anda melihat iklan investasi yang menjanjikan keuntungan fantastis dalam waktu singkat? Apakah itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan?
Dan pada penipuan belanja online, penipu membuat toko online palsu atau memanfaatkan toko online yang sebenarnya ada untuk menipu pembeli. Mereka menerima pembayaran tetapi tidak mengirimkan barang yang dipesan. Apakah Anda selalu memeriksa reputasi penjual online sebelum bertransaksi?
Penipu online seringkali menggunakan teknik manipulasi psikologis, seperti menciptakan rasa takut, keserakahan, atau rasa iba untuk membuat korbannya terburu-buru mengambil keputusan tanpa berpikir jernih. Mereka juga memanfaatkan informasi pribadi korban yang diperoleh secara ilegal untuk meningkatkan kredibilitas penipuan mereka.
Yang sedang viral dan baru saja terjadi, kasus penipuan berkedok investasi kripto yang melibatkan selebriti sebagai "brand ambassador" menjadi viral. Ribuan orang tertipu karena tergiur oleh janji keuntungan besar dan kepercayaan terhadap figur publik tersebut. Apakah kita cukup kritis dalam menilai informasi yang kita terima dari media sosial?
Deep fake adalah video atau audio palsu yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Bayangkan, wajah seseorang dapat diganti dengan wajah orang lain dalam sebuah video, sehingga seolah-olah orang tersebut mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Teknologi ini sangat canggih dan sulit dideteksi oleh mata telanjang.
Bahaya Deep Fake: Deep fake dapat digunakan untuk berbagai kejahatan, seperti, pencemaran nama baik dengan cara membuat video palsu yang merusak reputasi seseorang. Atau dengan adanya penipuan identitas, yaitu meniru identitas seseorang untuk melakukan kejahatan finansial atau lainnya. Ataupin dengan menyebarkan informasi palsu, dengan membuat video palsu yang berisi informasi yang salah atau menyesatkan.
Apakah real terjadi ? Ya! Beberapa waktu lalu, beredar video deep fake seorang pejabat pemerintah yang menyampaikan pernyataan kontroversial. Video tersebut tersebar luas di media sosial dan menyebabkan kebingungan dan keresahan di masyarakat. Bagaimana kita dapat membedakan video asli dari deep fake?