Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Coding dan AI di Kelas, Lebih dari Sekedar Teknologi

14 Januari 2025   14:10 Diperbarui: 14 Januari 2025   14:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coding dan AI di Kelas (by: Darto+AI)

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana aplikasi pesan instan di ponsel Anda bekerja, atau bagaimana sebuah mobil self-driving dapat menghindari tabrakan? Jawabannya terletak pada dua kata kunci, coding dan Artificial Intelligence (AI). Di era digital yang semakin maju ini, kemampuan memahami dan mengaplikasikan coding dan AI bukan lagi sekadar keunggulan, tetapi sebuah kebutuhan. Pemerintah Indonesia pun menyadari hal ini dan tengah merancang kebijakan untuk menjadikan coding dan AI sebagai mata pelajaran formal di sekolah. Artikel ini akan membahas rencana tersebut, isu-isu terkini yang menyertainya, dan mengapa pemahaman tentang coding dan AI sangat penting bagi generasi muda Indonesia.

Coding adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan komputer. Bayangkan komputer sebagai seorang asisten yang sangat patuh, tetapi ia hanya mengerti instruksi yang diberikan dalam bahasa tertentu. Coding adalah bahasa tersebut. Dengan coding, kita dapat memberikan instruksi kepada komputer untuk melakukan berbagai tugas, mulai dari menghitung angka sederhana hingga menjalankan aplikasi yang kompleks. Contoh sederhana coding adalah membuat rumus di spreadsheet untuk menghitung total penjualan.

Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Artifisial, di sisi lain, adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk "berpikir" dan "belajar" seperti manusia. Bayangkan AI sebagai seorang asisten yang tidak hanya patuh, tetapi juga mampu belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan situasi baru. AI digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari sistem rekomendasi di Netflix hingga mobil self-driving. Apakah Anda pernah memperhatikan bagaimana Netflix merekomendasikan film yang mungkin Anda sukai? Itulah salah satu contoh nyata dari penerapan AI.

Rencana pemerintah ini, selayaknya pembangunan infrastruktur besar, tidak luput dari berbagai perdebatan dan tantangan. Bayangkan membangun sebuah gedung pencakar langit; dibutuhkan perencanaan yang matang, material yang berkualitas, dan tenaga ahli yang terampil. Begitu pula dengan integrasi coding dan AI ke dalam kurikulum pendidikan.

Salah satu isu utama adalah kesiapan guru. Tidak semua guru memiliki latar belakang di bidang teknologi informasi. Membandingkannya dengan membangun gedung, ini seperti meminta tukang batu untuk merancang sistem pendingin ruangan gedung. Mereka mungkin ahli dalam bidangnya, tetapi membutuhkan pelatihan khusus untuk menguasai keterampilan baru. Oleh karena itu, pelatihan guru yang komprehensif dan berkelanjutan sangat krusial. Apakah Anda setuju bahwa pelatihan guru merupakan investasi jangka panjang yang penting?

Isu lain adalah kesenjangan akses teknologi. Bayangkan dua siswa yang ingin belajar coding, satu di kota besar dengan akses internet cepat dan komputer yang memadai, dan satu lagi di desa terpencil dengan akses internet terbatas dan tanpa komputer. Kesenjangan ini dapat menghambat kesempatan belajar yang sama. Pemerintah perlu memastikan pemerataan akses teknologi, seperti penyediaan komputer dan internet di sekolah-sekolah di daerah terpencil.

Selain itu, ada perdebatan mengenai kurikulum yang tepat. Bagaimana cara mengajarkan konsep-konsep coding dan AI yang kompleks kepada siswa dengan berbagai tingkat kemampuan? Apakah kurikulum yang ada sudah cukup memadai, atau perlu ada revisi yang signifikan? Ini seperti memilih bahan bangunan yang tepat untuk gedung pencakar langit; bahan yang salah dapat menyebabkan bangunan runtuh.

Mengajarkan konsep coding dan AI yang kompleks kepada siswa dengan berbagai tingkat kemampuan membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan bertahap. Dokumen yang diberikan menyoroti tantangan ini dengan analogi membangun gedung pencakar langit: perencanaan yang matang, material berkualitas, dan tenaga ahli (guru) yang terampil sangat dibutuhkan.

Berikut beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan:

  • Pendekatan Bertahap, tidak langsung mengajarkan konsep-konsep AI yang kompleks. Mulailah dengan dasar-dasar coding dan secara bertahap tingkatkan kompleksitasnya. Di SD, fokus pada logika pemrograman melalui permainan dan aktivitas interaktif. Di SMP, perkenalkan bahasa pemrograman sederhana dan proyek-proyek kecil. Di SMA, bahas konsep AI yang lebih kompleks seperti machine learning dan deep learning, tetapi tetap dengan contoh-contoh yang relevan dan mudah dipahami. Ini seperti membangun gedung bertahap, mulai dari fondasi hingga ke puncak.
  • Pembelajaran Berbasis Proyek, alih-alih hanya menghafal teori, siswa dapat belajar melalui proyek-proyek yang menantang mereka untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari. Proyek-proyek ini dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Contoh: siswa SD dapat membuat program sederhana untuk menggambar bentuk geometri, siswa SMP dapat membuat game sederhana, dan siswa SMA dapat membuat aplikasi sederhana yang menggunakan AI. Ini seperti memberikan siswa kesempatan untuk membangun bagian-bagian gedung sesuai dengan kemampuan mereka.
  • Guru perlu memperhatikan perbedaan kemampuan dan gaya belajar siswa. Mereka perlu menyediakan berbagai sumber belajar dan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Ini seperti menyediakan berbagai jenis material bangunan untuk memastikan gedung dibangun dengan kokoh.
  • Pembelajaran coding dan AI dapat dilakukan secara kolaboratif. Siswa dapat bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek-proyek yang lebih kompleks. Ini seperti tim konstruksi yang bekerja sama untuk membangun gedung.
  • Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran. Guru perlu menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, dan berkolaborasi. Ini seperti mengevaluasi keseluruhan proses pembangunan gedung, bukan hanya hasil akhirnya.

Di era digital ini, kemampuan coding dan pemahaman AI bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, tetapi menjadi seperti kemampuan membaca dan menulis. Bayangkan dunia tanpa kemampuan membaca dan menulis; informasi akan sangat terbatas. Begitu pula dengan dunia tanpa pemahaman coding dan AI; kita akan kesulitan berinteraksi dengan teknologi yang semakin canggih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun