Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis sebagai salah satu cara untuk healing :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Coding di Usia 6 Tahun, Investasi Masa Depan atau Beban?

10 Desember 2024   07:15 Diperbarui: 10 Desember 2024   07:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coding di Usia 6 Tahun. (karya sendiri dengan tool AI)

Coding telah menjadi keterampilan yang semakin penting dimana teknologi digital merambah semua aspek kehidupan saat ini. Banyak orang tua yang mulai mempertimbangkan untuk mengajarkan coding kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Namun, apakah coding benar-benar perlu diajarkan pada anak usia 6 tahun ke atas di sekolah?

Argumen Mendukung Pembelajaran Coding Sejak Dini

Salah satu alasan kuat untuk mengajarkan coding sejak dini adalah kemampuannya dalam mengembangkan keterampilan berpikir komputasional.  Bayangkan kamu sedang membuat kue. Kamu punya resep, kan? Resep itu seperti kode untuk membuat kue. Kamu harus mengikuti langkah-langkahnya dengan urutan yang benar dan menggunakan bahan-bahan yang tepat. Kalau salah urutan atau salah bahan, kue kamu bisa gagal. Nah, berpikir komputasional itu seperti membuat resep kue, tapi untuk komputer.

Ketika kita membuat program, kita memberikan instruksi kepada komputer, langkah demi langkah, agar komputer bisa melakukan tugas tertentu. Misalnya, kita ingin membuat program sederhana untuk menghitung luas persegi panjang. Kita harus memberi tahu komputer rumus luas persegi panjang, cara memasukkan nilai panjang dan lebar, dan cara menampilkan hasilnya.

Kenapa berpikir komputasional penting? Alasan pertama , bisa memecahkan masalah. Sama seperti saat membuat kue, kita perlu memecahkan masalah satu per satu. Misalnya, jika resepnya terlalu panjang, kita bisa membaginya menjadi langkah-langkah yang lebih kecil.

Alasan kedua, berpikir logis. Setiap langkah harus logis dan berhubungan dengan langkah sebelumnya. Kalau ada yang salah, program kita tidak akan berjalan dengan benar. Alasan ke-3 , kreatif. Kita bisa membuat berbagai macam program dengan kombinasi instruksi yang berbeda-beda, seperti membuat game sederhana atau animasi.

Bagaimana coding membantu mengembangkan berpikir komputasional? Ketika anak-anak belajar coding, mereka secara tidak langsung dilatih untuk memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil: Misalnya, membuat game sederhana bisa dipecah menjadi membuat karakter, membuat latar belakang, dan membuat aturan permainan. Anak-anak harus berpikir tentang urutan langkah-langkah yang benar agar program berjalan dengan baik. Mereka akan menemukan pola-pola tertentu dalam pemrograman, misalnya penggunaan perulangan atau pengkondisian.

Contoh Sederhana, bayangkan anakmu ingin membuat program sederhana untuk menghitung jumlah langkah yang dia lakukan dalam sehari. Dia bias membagi masalah menjadi: bagaimana cara menghitung langkah, bagaimana cara menyimpan hasilnya, dan bagaimana cara menampilkan hasilnya. Membuat program yang meminta pengguna memasukkan jumlah langkah setiap jam, kemudian menjumlahkan semua langkah dan menampilkan hasilnya. Melihat bahwa setiap jam dia melakukan perhitungan yang sama, dia bisa menggunakan perulangan untuk menyederhanakan programnya.

Dengan belajar coding, anak-anak tidak hanya belajar membuat program, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir yang sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, seperti pemecahan masalah, berpikir logis, dan kreativitas. Keterampilan-keterampilan ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di masa depan, baik itu untuk melanjutkan studi di bidang teknologi atau untuk bekerja di berbagai bidang yang membutuhkan kemampuan berpikir komputasional.

Selain itu, coding juga merangsang kreativitas. Dengan coding, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi penciptanya. Mereka bisa membuat game, animasi, atau bahkan aplikasi sederhana. Misalnya, seorang anak bisa membuat game sederhana di mana karakternya harus mengumpulkan koin untuk membuka level baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun