Mohon tunggu...
Agustinus Darto Iwan Setiawan
Agustinus Darto Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN, Blogger

Blogger Plat Merah

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Apakah AI akan Mengambil Alih Pekerjaan Kita?

27 September 2024   09:01 Diperbarui: 27 September 2024   09:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat seorang pekerja atau pegawai mendengar kata "Artificial Intelligence" (AI), ada dua perasaan yang sering muncul di benak banyak orang---kekaguman atas kecanggihan teknologi dan kekhawatiran akan masa depan pekerjaan mereka. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi dan produktivitas yang luar biasa. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan manusia, terutama di sektor-sektor yang padat karya. Namun, seperti banyak perkembangan teknologi sebelumnya, AI tidak hanya akan "menghapus" pekerjaan manusia, tetapi juga menciptakan peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu, bagaimana sebenarnya AI akan mempengaruhi lapangan kerja? Apakah kita harus khawatir atau justru melihatnya sebagai peluang?

Salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat adalah dampak AI terhadap pekerjaan di sektor padat karya. Pekerjaan-pekerjaan yang berulang dan mudah diotomatisasi---seperti manufaktur, logistik, atau layanan pelanggan dasar---berisiko besar tergantikan oleh mesin atau sistem AI. Sebagai contoh, di industri manufaktur, robot dan AI telah digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi. Di banyak pabrik besar, mesin AI dapat melakukan tugas-tugas seperti perakitan produk, pengelasan, atau pengepakan dengan presisi yang lebih tinggi dan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan manusia.

Contoh nyata dari penggunaan AI di sektor manufaktur dapat dilihat di Indonesia. Di beberapa pabrik besar di Pulau Jawa, otomatisasi sudah menjadi hal yang biasa. Robot-robot melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dikerjakan oleh puluhan karyawan. Selain lebih efisien, penerapan AI juga meminimalisir kesalahan manusia, meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Namun, bagi para pekerja yang tergantung pada pekerjaan manual ini, AI bisa berarti ancaman nyata terhadap penghidupan mereka.

Di sektor logistik, AI digunakan untuk mengoptimalkan rute pengiriman dan manajemen gudang. Misalnya, perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon telah memanfaatkan robot cerdas yang mampu mengatur stok barang di gudang, mengambil dan mengemas produk secara otomatis. Di Indonesia, perusahaan seperti Tokopedia dan Shopee juga mulai mengadopsi teknologi serupa untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka. Penggunaan AI dalam logistik memang memungkinkan penghematan besar-besaran, tetapi pada saat yang sama, pekerjaan tradisional seperti pekerja gudang atau pengemudi truk mungkin akan berkurang.

Namun, apakah ini berarti AI sepenuhnya buruk bagi sektor padat karya? Menurut pendapat saya, tidak selalu.

Setiap kali teknologi baru datang, manusia dituntut untuk beradaptasi. AI mungkin akan menggantikan beberapa pekerjaan, tetapi teknologi ini juga menciptakan banyak peluang baru, khususnya di bidang teknologi informasi, data science, dan kecerdasan buatan itu sendiri. Dalam skenario ini, pendidikan dan pelatihan ulang menjadi sangat penting. Bagi mereka yang memiliki keterampilan yang relevan, AI justru menjadi alat yang sangat kuat untuk memperluas peluang karir mereka. Yang perlu ditekankan adalah menjadikan AI sebagai alat.

Contohnya, banyak perusahaan sekarang membutuhkan analis data untuk mengelola data yang dihasilkan oleh sistem AI. Dalam sektor e-commerce, contohnya, AI menghasilkan data dalam jumlah besar dari perilaku konsumen, yang kemudian dianalisis oleh data scientist untuk membuat rekomendasi produk atau memprediksi tren pasar. Hal ini memunculkan permintaan yang besar terhadap profesi data analyst dan data scientist.

Sektor kesehatan juga memberikan contoh menarik. Teknologi AI kini banyak digunakan untuk mendiagnosis penyakit atau menganalisis hasil tes medis. Di Indonesia, beberapa rumah sakit besar telah mulai menggunakan AI untuk mendukung diagnosa medis, terutama di bidang radiologi. Mesin AI dapat menganalisis gambar MRI atau CT scan dengan kecepatan dan akurasi yang lebih tinggi daripada manusia. Tentu saja, peran dokter tetap penting, tetapi kini mereka bekerja bersama teknologi AI untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Sektor-sektor seperti ini memperlihatkan bagaimana AI sebenarnya dapat membantu manusia dan membuka lapangan kerja baru yang berbasis teknologi. Kuncinya adalah keterampilan---pekerja yang memiliki keterampilan teknis, terutama dalam pemrograman, data science, dan AI, akan memiliki peluang yang lebih besar di masa depan.

Sejarah juga mengajarkan kita bahwa setiap kali terjadi revolusi teknologi, pekerjaan manusia akan berubah, tetapi tidak hilang. Pada masa revolusi industri pertama, banyak orang khawatir bahwa mesin-mesin pabrik akan menghilangkan pekerjaan di sektor pertanian. Namun, seiring waktu, muncul pekerjaan-pekerjaan baru di pabrik-pabrik yang sebelumnya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun