1. Â Identitas Buku
- Judul Buku: Namaku Alam
- Pengarang: Leila S. Chudori
- Penerbit: PT. Gramedia
- Tahun terbit: 2023
- Jumlah halaman: 424
- Nomor ISBN: 978-623-134-082-5
2. Sinopsis
Dalam novel Namaku Alam karya Leila S. Chudori, kisah berfokus pada Alam, seorang anak yang terjebak dalam stigma sebagai "anak pengkhianat negara" akibat latar belakang keluarganya sebagai simpatisan Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI). Alam, yang memiliki kemampuan photographic memory, mengingat kejadian traumatis dalam hidupnya, seperti penggeledahan rumahnya saat ia masih kecil. Dalam perjalanannya, ia menjalin persahabatan dengan Bimo, anak seorang simpatisan PKI yang terpaksa tinggal di luar negeri. Melalui hubungan mereka, novel ini mengeksplorasi tema toxic masculinity dan dinamika persahabatan laki-laki, sambil menggambarkan kekuatan karakter perempuan dalam kehidupan Alam.
Leila berhasil mengangkat isu sejarah yang sering terabaikan, yaitu dampak sosial dan psikologis yang dialami keluarga simpatisan PKI, sambil menambahkan elemen romansa masa SMA antara Alam dan Dara, yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Meskipun konflik dalam novel ini lebih bersifat internal dan berkisar pada identitas Alam, penulis berhasil menampilkan kedalaman emosional dan kompleksitas karakter yang terpengaruh oleh tragedi sejarah.
Â
Â
3.Kelebihan
Salah satu kelebihan karya ini adalah kemampuan pengarang dalam menarik perhatian  pembaca terhadap kejamnya zaman, khususnya yang berkaitan dengan masa Orde Baru, dengan memperkenalkan kemampuan ingatan fotografis tokoh protagonis dalam penyajian cerita. Ini akan menjadi lebih unik. Penulis juga berhasil mengenalkan pembaca pada konsep-konsep sejarah baru dan mendorong mereka untuk terlibat lebih dalam dengannya. Novel ini berhasil menyampaikan permasalahan dan situasi yang dihadapi tokoh utama Segara Alam akibat ayahnya kabur dari rumah. Pembaca dapat memposisikan dirinya saat membaca.
 4.Kekurangan
Penyajian narasinya tidak seimbang dan hanya berfokus pada satu tokoh antagonis.
 Oleh karena itu, hal ini dianggap sebagai akar penyebab pengucilan sosial (proses atau tindakan di mana individu atau kelompok dikecualikan atau dikecualikan dari  keanggotaan, hak, atau partisipasi dalam  komunitas atau aktivitas tertentu)  yang dialami oleh tokoh protagonis setiap kali terjadi konflik. Selain itu, peristiwa-peristiwa penting seperti pelarangan buku dan perburuan buku hanya disebutkan secara singkat dan tidak dijelaskan secara rinci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H