Heboh tentang Lembar Kerja Siswa ( LKS)Â SD Angkasa 2 Jakarta Timur yang memuat tentang " Bang Maman dari Kalipasir" cukup membuat prihatin banyak pihak. Ini terbukti dengan banyaknya komentar miring dan tunututan agar buku LKS tersebut dicabut. Berbagai media di tanah air, menyoroti permasalahan terrsebut dari berbagai sudut pandang, namun yang saya ikuti, rata-rata "menyalahkan" materi cerita yang terkandung didalam LKS tersebut.
Bagaimana tidak, murid SD Klas 2 yang notabene berusia kisaran 7-8 tahun, diberi pelajaran "sinetron" tentang perselingkuhan, apa mungkin mereka bisa mencerna atau bahkan memilah "hikmah" dari cerita tersebut, sesuai dengan tuntutan pendidikan seusia mereka?
Kasus-kasus seputar dunia pendidikan di Indonesia memang semakin komplek. Tahun kemaren heboh tentang seorang siswa di surabaya ( SD GADEL), yang di haruskan memberi tahu jawaban ke teman disaat UN, alias CONTEK MASSAL.Padahal Strategi Contek massal di SD -SD daerah khususnya Jatim, saya yakin "buaaanyak" sekali dilakukan demi menaikkan prestise ( akreditasi ) sekolah tersebut. Sewaktu saya jadi anggota komite sekolah di SD dekat rumahku, sang Kepala Sekolah pernah menceritakan hal tersebut. Kata beliau, " Di SD- SD lain di wilayah kita ini, strategi seperti itu biasa dilakukan, guna menolong siswa-siswa yang kurang mamapu agar bisa lulus, disamping juga untuk mempertahankan akreditasi sekolah".
Pendidikan negeri ini memang semakin hebat, sejalan dengan kasus -kasus korupsi yang melanda para pejabat. Apakah hal ini ada relevansinya? Saya tidak tahu.........
Si Paimo tetanggaku yang sehari-harinya hanya menunggu kiriman istrinya yang bekerja di Taiwan, pernah bertanya kepadaku,"Pak, kalau kita harus bangga jadi rakyat Indonesia, apa yang bisa dibanggakan ya..?".
"Pertanyaan yang sulit mas, tapi menurutku, kita lahir di Indonesia, jadi mau tak mau harus bangga jadi rakyat Indonesia, bahasa inggrisnya "Right or Wrong is My Country", gitu mas", jawabku saat itu. Setelah itu, aku lantas berfikir, apa ya yang kira-kira bisa dibanggakan, sehingga kalau nanti ada pertanyaan serupa, aku bisa menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H