3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Oleh : Darsono - SMK Negeri 6 Surakarta
Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda diberikan tantangan untuk membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.
Kaitan Modul Guru Penggerak - Dokpri
Pada Modul 1.1 Kita dikenalkan secara mendalam filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yakni pendidikan diarahkan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak manusia agar mencapai keselamatan dan kebahgiaan dunia dan akhirat setinggi-tingginya sebagai manusia secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Paradigma baru pendidikan nasional ini adalah kuncinya adalah keberpihakan pada murid sebagai aset yang menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik untuk menuntunnya menjadi aset bangsa yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila sebagai jati diri bangsa dan mengawalnya sesuai karakter, sesuai kodrat alam dan kodrat jamannya.
Adapun penerapan Modul 1.1 pada modul 3.2 unsur abiotik (manusia) dan abiotik (benda) dikelola sebesar-besarnya untuk menemukan potensi positif pada diri siswa dan guru memberikan pembelajaran yang berpihak pada kodrat murid dalam pembelajaran yang berpihak pada murid.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak di dalam diri seorang guru memiliki nilai penting yakni menjadi pemimpin pembelajaran yang bertanggung jawab menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagai guru lain serta mendorong kolaborasi antar guru sejawat serta mewujudkan kepemimpinann murid. Dan peran guru penggerak adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid diyakini merupakan aset penting untuk menuntun tumbuhkembangnya kodrat anak sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka.
Penerapan 5 peran dan nilai Calon Guru Penggerak di dalam komunitas aset yakni dengan berkolaboratif dengan semua warga sekolah untuk mewujudkan guru yang berfungsi menggerakkan komunitas praktisi dan menciptakan lingkungan kelas / sekolah yang kondusif, nyaman, menyenangkan, membuat betah belajar dan tumbuhnya kreativitas. Melakukan pemetaan aset peran dan nilai calon guru penggerak memperhatikan 7 ast penting dalam pengelolaan berbasis aset hingga menemukan potensi keunggulan pada diri siswa yang bisa dikembangkan.
Modul 1.3 bertajuk Visi Guru Penggerak ini yang dijadikan pedoman impian semua guru dan siswa dengan memanfaatkan seluruh aset yang ada agar terwujud cita-cita bersama. Adapun visi misi Guru Penggerak adalah tercapainya siswa berkarakter enterpreneur (siswaprenuer) dan VISKANESIA (Visioner Inovatif, Sinergi, Kreatif, Adaptif, Berkarakter Indonesia).
Penerapan di dalam komunitas sekolah adalah guru membuat pertanyaan menggunakan rumus BAGJA untuk menghasilkan visi misi Guru Penggerak agar aset bersedia digerakkan bersama untuk tujuan yang mulia. Cita-cita murid, impian guru, impian dan harapan semua warga sekolah terungkap pada Visi Misi Guru Penggerak melalui pendekatan BAGJA (Inquiry Apresiatif) dengan memperhatikan 7 aset penting dalam pengelolaan berbasis aset (berbasis keunggulan bukan kelemahan), menemukan potensi bukan menemukan masalah.
Mereka adalah murid-murid yang kita didik sebagai aset utama di sekolah, pada Modul 1.4 Budaya Positif kita memetakan mereka untuk menumbuhkan budaya positif di lingkungan masyarakat sekolah yang mendurung terwujudnya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya aset memahami hal ini untuk menerapkan budaya positif di sekolah agar kelak menjadi anggota masyarakat yang berkarakter baik.
Penerapan Modul 1.4 dengan Modul 3.2 adalah mengelola sumber daya aset sekolah untuk mengkondisikan budaya positif, mewujudkan budaya baru yang bisa berguna kelak untuk masa depan mereka. Budaya positif meliputi 5 S (Sopan, Santun, Senyum Sapa Salam) dan menerapkan budaya Industri (Just in Time), 4-As Gembrot (Kerja Keras, Cerdas, Tuntas, Ikhlas) dan Gembira berbobot merupakan budaya yang dibangun sekolah. Dalam mengelola sumber daya sebagaai aset penting biotik maupun abiotik maka seluruh warga sekolah menjalankan fungsinya sebagai guru dengan datang tepat waktu, mengajar penuh suka cita dan gembira serta mampu memetakan potensi baik dari dalam maupun dari luar sekolah untuk menemukenali siswa dan mengambil strategi pemanfaatan dalam meningkatkan prestasi belajar.
Kodrat (Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi): Menyadari setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman dalam bingkai merdeka belajar. Pembelajaran yang menyenangkan siswa dan guru melalui ice breaking, teknik STOP, serta KBM berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dapat diterapkan sebagai selingan KBM di kelas agar siswa tidak bosan dan bisa lebih fokus dalam belajar. Ice breaking juga bermanfaat untuk meningkatkan kolaborasi, kerjasama antar teman dan sportivitas. Dalam konteks Modul 3.2 Mengelola aset guru menemukan aset siswa yang berpotensi berkembang baik seni, kreativitas, kecerdasan, minat bakat, kebutuhannya serta profilnya yang dipetakan sedemikian rupa sehingga dapat diambil strategi peningkatan pemanfaatan yang tepat untuk dieksekusi seorang pengambil keputusan.
Keselamatan (2.2 Pembelajaran Sosial Emosional): Pembelajaran sosial emosional diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk berempati, memiliki kesadaran diri, dan pengelolaan diri yang baik untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai dengan pembelajaran Sosial Emosional. Pembelajan sosial dan emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), Pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi dan pengembilan keputusan yang bertanggung jawab.
Dalam penerapan KSE (Kompetensi Sosial Emosional) secara spesifik dan eksplisit meliputi mengajar dengan mengintegrasikan KSE ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid. Mengubah kebijakan dan ekspektasi terhadap murid. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan. Adapun pendekatan KSE yang digunakan bermacam-macam, seperti pendekatan SEL (Sequential/ berurutan, active / aktif, focuced/ fokus, Explicit.
Kaitan KSE dengan Modul 3.2 adalah bahwa fokus belajar pada kompetensi sosial emosional dan Modul 3.2 memantapkan lagi dengan pemetaan, pengelolaan aset (7 Modal) salah satunya adalah modal Sosial. Modal Sosial ini yang dikelola pemimpin pengelola aset berupa budaya, toleransi, kondisi sosial ekonomi masyarakat. Potensi yang ada di sekitaran sekolah seperti potensi kelurahan, kecamatan dan kota/kab merupakan kekuatan tambahan untuk sekolah yang patut diperhitungkan guna meningkatkan kemajuan sekolah. Melalui pendekatan, kolaborasi baik di tingkat kelurahan, kecamatan atau kota/kab dengan kerjasama di berbagai bidang dalam wadah komunitas praktisi seperti rapat tahunan, rapat komite, rapat antar lintas sektoral untuk membicarakan sesuatu hal yang berhubungan dengan guru dan siswa menjadi sangat berguna bagi sekolah. Kegiatan bisa berupa menjaga kebersihan lingkungan sekolah, edukasi buang sampah yang pada tempatnya pun berkenaan dengan kegiatan budaya, seni dan keagamaan yang bisa disinkronkan dengan kegiatan sekolah.
Menuntun (2.3 Coaching): Praktek coaching dilakukan untuk menuntun kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Kegiatan coaching akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi, mereka juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan. Mereka didampingi, dituntun untuk menemukan solusi masalah sendiri secara tepat sehingga potensi diri siswa pada problem solving dapat ditumbuhkembangkan. Melalui pendekatan TIRTA coaching bisa diterapkan pada guru, siswa, orang tua dan stockholder sekolah sehingga hambatan-hambatan komunikasi dapat diatasi yakni :
- Menjadi pendengar yang baik
- Menjadi pembicara yang efektif
- Menjadi pembaca yang baik
- Menjadi pembelajar yang baik dan
- Menjadi pembimbing yang baik.
Adalah cara cerdas memberikan solusi agar pemimpin pengelolaan aset mengatasi hambatan komunikasi (Husei Usman (2009-428-429)
Modul 2.3 berkaitan dengan modul 3.2 adalah siswa sebagai aset sekolah yang patut dijaga dan dikembangkan potensinya memiliki kemerdekaan untuk menentukan sikap dan tindakan lewat pikirannya sendiri, lewat cara-cara sendiri yang konstruktif. Melalui pemetaan aset siswa dapat dikenali masalah yang dihadapi dan dapat didampingi untuk memperoleh solusi. Inilah pentingnya pengelolaan aset/modal manusia dimana keberpihakan sekolah dengan pengakuan bahwa diri siswa adalah pribadi yang merdeka tetap perlu bimbingan, pendampingan, penuntunan agar selamat hingga berhasil sebagaimana yang dicita-citakan.
Maksud Pendidikan (3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran): Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema etika maupun bujukan moral. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.
Kaitan dengan modul 3.2 adalah fenomena yang menarik bahwa pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran didasari atas pemetaan aset/modal sekolah (7 Modal) yang mengunakan pendekatan konstruktif melalui pendekatan komunitas berbasis aset (PKBA) artinya melihat aset/modal dari sudut pandang positif bukan sudut pandang negatif, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil keputusan bukan hanya menemukan masalah lalu mengatasinya tetapi menggali potensi untuk dikembangkan lebih dalam. Pola membuat pertanyaan pun dikelola yang biasanya ada masalah apa ? kenapa masalah ini terjadi ? Bagaimana sebelum kasus ini terjadi ? dan seterusnya. Pertanyaan pengelolaan aset berbasis PKBA berubah menjadi “ Apa yang sudah dikerjakan ? seberapa besar potensinya ? bagaimana mengembangkan lebih jauh lagi ? Bagaimana bila ditambah personil sehingga bisa semakin kuat dan daya dorongnya tinggi ? dan seterusnya.
Kekuatan (3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya): Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola 7 aset/ modal utama di daerah/ sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing). Aset itu meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal politik, modal finansial dan modal agama dan budaya. Ketujuh modal ini dilakukan pemetaan aset menggunakan pendekatan komunitas berbasis aset (PKBA) secara tepat sehingga dapat memiliki daya dukung untuk meningkatkan potensi sekolah dengan dikerjakan penuh konsisten dan tanggung jawab memetakan 7 aset itu dapat diyakini mampu menopang peningkatan pembelajaran siswa yang menyenangkan, terbimbing, terpetakan dan berpihak sehingga tujuan mulai Profil Pelajar Pancasila bisa tercapai, Visi misi sekolah tercapai, siswa berhasil, bahagia, selamat dunia akhirat.
Koneksi antar materi Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan modul-modul sebelumnya sangat terkait, keterkaitan itu saya rangkum dalam Jurnal Koneksi Antar Materi berikut :
- Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
- Dalam mengelola aset yang ada di sekolah dan di lingkungan luar sekolah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan 7 aset sumber daya yang ada yang terdiri atas modal manusia, sosial, fisik, finansial, politik, lingkungan alam dan agama serta budaya. Melalui pemetaan ini kita bisa memaksimalkan potensi aset yang ada dengan berpedoman pada prinsis asset based thinking atau berpikir berbasis aset bukan problem based thinking atau berpikir berbasis masalah sehingga bisa menghasilkan potensi optimal. Alat manajemen perubahan yang tepat dapat menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif (IA) atau model BAGJA atau 5 D untuk menginisiasi sebuah perubahan positif berdasarkan aset yang ada. Melalui pertanyaan dalam BAGJA diketahui keinginan, harapan, kemauan siswa dan stokholder bagaimana sekolah impian, kelas impian dan lingkungan yang dicita-citakan dapat terwujud.
- Seorang pemimpin bisa menggerakkan siswanya bertanya harapan dan keinginannya agar mereka gemar membaca, betah membaca sehingga perputakaan semakin ramai. Mungkin melalui Google Form pertanyaan-pertanyaan yang dibuat bisa disebarkan para siswa dan diisi lalu dipetakan dan disimpulkan. Selanjutnya berkoordinasi dengan teman guru dan kepala sekolah.
- Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Belajar adalah membangun dan mengelola makna. Pada saat seseorang melakukan kegiatan belajar, pada hakikatnya ia menangkap, membangun dan mengelola makna dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual bahwa otak secara alamiah mencari makna, memetakan makna dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dimana seseorang berinteraksi. Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM menurut Dasim Budimansyah, dkk (2013 :74-76) yaitu :
Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok siswa duduk duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah cirri dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
Di sini dapat dilakukan pemetaan sekolah (school mapping) terhadap 7 aset yang telah dipelajari pada modul 3.2 bahwa sekolah sebagai organisasi kompleks sangat bergantung pada peran pemimpin pengelolaan aset.
- Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.
Semua guru pasti ingin semua siswa aktif dan kreatif karena pada hakikatnya pendidikan itu tidak hanya mengenai angka-angka. Belajar adalah suatu proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendengarkan ceramah guru saja. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut dapat dikatakan bertentangan dengan hakikat belajar.
Pemimpin pengelolaan aset tidak ingin kelas bersuasana sepi, siswa pasif saat pembelajaran berlangsung mengindikasikan salah satunya bahwa murid tersebut tidak tertarik pada pelajaran. Jika ini terjadi tandanya strategi pembelajaran harus ditinjau kembali, harus dilakukan pemetaan siswa, dilakukan pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensasi. Melalui BAGJA siswa bisa ditarik mengisi pertanyaan apresiatif yang dibuat guru untuk memberi masukan pada guru dan sekolah untuk melakukan perubahan. Setelah mendapatkan masukan BAGJA guru meneruskan untuk dipetakan dan diambil kesimpulan sehingga guru atau pemimpin pembelajar bisa menggunakannya untuk memetakan dan menentukan strategi mengambil keputusan media atau strategi mana yang pas untuk diterapkan, mengelola aset untuk kemajuan kelas dan sekolah.
- Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum pelatihan
Setelah pelatihan
Pola berpikir mencari masalah mencari solusi atas masalah
Pola berpikir menggali potensi, meningkatkan potensi.
Paradigma siswa adalah obyek belajar dan subyek belajar
Paradigma baru siswa adalah aset sekolah yang penting (bagian dari 7 aset/modal sekolah)
Pola penggalian gaya belajar inisiatif dari guru dan kepala sekolah
Pola penggalian gaya belajar melalui BAGJA dari siswa dan diolah sebagai masukan, melibatkan siswa sebagai aset.
Dalam pembimbingan menggunakan pola mentoring dan konseling
Dalam pembimbingan belajar menggunakan pola pendampingan coaching.
Ref :
https://www.imrantululi.net/berita/detail/pembelajaran-sosial-dan-emosional
(https://casel.org/what-is-sel/approaches/)
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/ingin-siswa-aktif-dan-kreatif-lakukan-5-cara-berikut-ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H