Mohon tunggu...
Darren
Darren Mohon Tunggu... Aktor - Ok

Yeah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyatukan Perbedaan di Pondok Pesantren Amanah

22 November 2024   12:31 Diperbarui: 22 November 2024   12:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Hidup yang bermakna adalah hidup yang menyatukan perbedaan." - Kahlil Gibran

Kegiatan ekskursi saya ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Amanah di Tasikmalaya telah menyuguhkan pengalaman edukatif yang tak hanya berkesan, tetapi juga mendalam dalam menjelajahi makna persatuan dalam keberagaman. Dalam tiga hari kami tinggal di pesantren, kami, sekelompok siswa Kolese Kanisius, menjalani serangkaian aktivitas yang menguji dan menguatkan karakter kami. Kunjungan ini membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya kerjasama di tengah beragam latar belakang, menuju cita-cita bersama dalam membangun masyarakat yang inklusif.

Setibanya di Pondok Pesantren Muhammadiyah Amanah, kami disambut dengan hangat oleh para santri dan pengasuh pesantren. Gedung-gedung sederhana, namun penuh kekuatan spiritual, menyambut kedatangan kami. Kami mulai dengan pengenalan diri yang menggugah semangat. Dalam suasana yang penuh kebersamaan, kami bertukar cerita dari berbagai latar belakang. Sebagian dari kami berasal dari Jakarta, Bekasi, hingga kota kecil lain di Indonesia, masing-masing membawa cerita dan pengalaman unik. Terdengar suara tawa dan keinginan kami dan para santri untuk berbagi menyatukan kami meski dalam perbedaan. Kami semua merasa bahagia dan hangat pada interaksi di hari pertama kami. 

Hari-hari berikutnya di pesantren kami lalui dengan penuh rasa kebahagiaan dan keingintahuan yang mendalam. Kami semakin penasaran untuk memahami bagaimana agama Islam mengatur pola ibadah sehari-hari, mulai dari salat berjamaah lima waktu, membaca Al-Qur'an, hingga kajian agama yang rutin dilakukan oleh para santri. Kami juga diperkenalkan pada berbagai nilai kehidupan yang mereka jalani dengan disiplin, seperti pentingnya menjaga waktu, kesederhanaan hidup, dan semangat kebersamaan.

Kehidupan di pesantren terlihat sangat sederhana, namun memancarkan kedamaian yang mendalam. Akomodasi yang disediakan berupa kamar beralas tikar dan kasur lipat yang tertata rapi. Makanan yang disajikan pun sederhana, seperti nasi dengan lauk pauk ala kadarnya, namun selalu terasa nikmat karena dimakan bersama-sama. Kesederhanaan ini tidak hanya mengajarkan kami tentang rasa syukur, tetapi juga tentang pentingnya berbagi apa yang kita miliki, betapapun kecilnya.

Keseharian kami diisi dengan berbagai kegiatan edukatif yang memperluas wawasan kami tentang keberagaman dan toleransi. Selain mengikuti sesi mengaji dan ceramah agama, kami juga diajak untuk berdiskusi dengan para santri mengenai berbagai topik, mulai dari nilai-nilai moral hingga isu-isu terkini yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam diskusi tersebut, kami belajar bahwa meskipun memiliki pandangan berbeda, semangat saling menghargai dan mendengarkan adalah kunci membangun dialog yang konstruktif.

Fasilitas pesantren pun menggambarkan fokus utamanya pada pembelajaran agama. Bilik-bilik kamar mandi yang sederhana dengan ember dan gayung menjadi simbol kehidupan yang apa adanya, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tidak ada kemewahan, hanya kesederhanaan yang membentuk karakter santri untuk hidup mandiri dan tangguh. Area belajar mereka, yang berupa ruang aula dengan tikar sebagai alas, terasa nyaman karena diisi dengan semangat belajar yang luar biasa dari para santri.

Di tengah kegiatan, kami juga diajak untuk menikmati suasana sekitar pesantren yang dikelilingi sawah hijau dan pepohonan rindang. Udara yang segar dan pemandangan yang menyejukkan memberikan momen refleksi bagi kami, mengingatkan kami pada pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam. Kehidupan pesantren yang bersahaja ini benar-benar mengajarkan kami bahwa kebahagiaan tidak tergantung pada materi, tetapi pada kedamaian batin dan kebersamaan yang tulus.

Pondok Pesantren Muhammadiyah Amanah dikelilingi oleh sawah-sawah yang hijau dan udara bersih yang menyejukkan dada. Lapangan yang luas penuh dengan santri yang beraktivitas, mulai dari belajar hingga beribadah. Setiap sudut di pesantren menggambarkan nuansa keramahan dan kedamaian. Saat menjalani sesi mengaji, kami merasakan kehadiran nilai-nilai spiritual yang mendalam. Santri yang berfokus dalam pengajaran dengan penuh semangat membuat kami menyadari bahwa kebersamaan dalam belajar adalah kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.

Melalui serangkaian kegiatan, kami menemukan bahwa keberagaman adalah potensi yang harus dipelihara, bukan sekadar tantangan. Dalam konteks ini, kita dapat mengingat pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur), seorang tokoh pluralisme di Indonesia, yang menegaskan bahwa menghargai perbedaan adalah kunci menciptakan kedamaian. Dalam berbagai tulisannya, Gus Dur menyatakan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dirawat melalui dialog, saling pengertian, dan sikap inklusif. Sebagaimana disampaikan dalam pemikiran beliau, "Agama tidak untuk memecah-belah, tetapi untuk membangun kebersamaan."

Lebih dari itu, selama di pesantren, kami mengikuti diskusi kelompok yang menjadi salah satu momen paling berkesan dalam kunjungan kami. Diskusi ini membahas isu-isu terkini yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti pentingnya toleransi beragama di tengah meningkatnya polarisasi di masyarakat, serta bagaimana teknologi, terutama media sosial, memengaruhi hubungan sosial dan penyebaran informasi. Para santri dengan penuh antusias berbagi sudut pandang mereka, sementara kami pun menyampaikan pengalaman kami, menciptakan dialog yang penuh kehangatan dan saling pengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun