Mohon tunggu...
Darren Tanto
Darren Tanto Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Senang membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harmoni Perbedaan di Pondok Pesantren Darul Falah

9 November 2024   18:24 Diperbarui: 9 November 2024   19:13 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekskursi ke Pondok Pesantren Darul Falah memastikan apa yang sudah dipahami tentang pentingnya toleransi antarumat beragama. Kehidupan manusia pesantren merupakan bukti bahwa toleransi bisa tercipta walaupun paham masing-masing agama berbeda. Terutama jika dalam komunikasi dengan Santri, diperlihatkan cara setiap manusia menerima dan memahami nilai kebaikan universal yang bisa diaplikasikan siapa saja, tidak peduli keyakinan apa yang hidup. Tidak hanya berhenti pada pelbagai teori, tetapi pengalaman ini membuat orang untuk selalu mengaplikasikannya di kehidupannya; termasuk saat mengajak berbagi cerita yang membuat orang tahu lebih banyak tentang keyakinan masing-masing. Membuktikan bahwa perbedaan bukanlah hambatan, melainkan semakin memperkaya pikiran manusia.

Pagi yang cerah pada tanggal 30 Oktober 2024 merupakan hari pertama perjalanan menuju Pondok Pesantren Darul Falah. Berangkat dalam satu bus bersama 21 teman, suasana ramai dan gembira terlihat dari banyaknya suara yang bising. Meskipun ada larangan menggunakan handphone, namun hal ini tidak menyurutkan semangat serta keceriaan para penumpang bus. Perjalanan yang dimulai pukul 07.30 pagi terasa sangat berarti karena menjadi waktu melepaskan penat dari rutinitas akademik sejenak sekaligus banyak bercerita dan berbicara satu sama lain. Setelah dapat tiba di pesantren, hangatnya sambutan dari para santri membuat suasana pesantren menjadi sangat bersahabat. Kata sambutan dari Kepala Pesantren dan perwakilan Kolese Kanisius yang bersama-sama akan mengikuti kegiatan ini menjadi momen yang sangat pembuka bagi pengalaman berharga kami ini.

Peter Cam.
Peter Cam.

Kompleks Pondok Pesantren Darul Falah mengombinasikan berbagai fasilitas meliputi kobong, sekolah, kantin, hingga penginapan dalam satu teritori agar lebih sederhana namun fungsional. Hampir di setiap sudut terdengar lantunan doa dan bacaan kitab, membuat aura spiritual turut hadir. Kantin yang menyediakan jajanan murah menjadi daya tarik tersendiri, di mana hidangan sederhana disajikan dan disantapnya. Santri-santri yang beraktivitas terekspresikan dari kegairahannya, mulai dari membaca kitab hingga membantu mempersiapkan makanan, tampak sekali penuh semangat. Dan mereka mencuri hati dengan senyuman serta sapaan hangat, tak henti menyambut tamu yang berdatangan.

Dengan mengingat kutipan terkenal dari Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world", aku merasa bahwa pengajaran juga bisa bersifat informal dan masa ekskursi saja menunjukkan bagaimana pendidikan bisa memperluas cakrawala dan mendorong orang-orang untuk menjadi akrab satu sama lain. Nilai-nilai kesederhanaan, kesabaran, dan kesabaran yang terkandung dalam pengajaran pesantren juga telah membawaku kebaikan dan kebijaksanaan dalam hidup ini. Bersama-sama, aku menyadari sekarang dari dalam diriku diri bahwa berbeda tidak selalu menjadi musuh. Oleh karena itu, itu bukan hanya perjalanan ekskursi. Ini juga permintaan saya dan saya pun juga belajar dan berbagi dalam proses ini.


Ekskursi di Pondok Pesantren Darul Falah sangat bermakna tentang toleransi dan empati. Dalam kehidupan sehari-hari, pentingnya keberlangsungan menumbuhkan rasa hormat pada keyakinan dan budaya orang letaknya. Berdialog dengan para santri membuka kesempatan untuk saling bertukar pandangan dan pengalaman dalam banyak hal. Kualitas keramahan dan kehangatan yang diperlihatkan oleh komunitas pesantren menjadi bukti kuat kode etik ini: perbedaan mempersatukan, bukan memecah satu sama lain. Saya merasakan respek dalam jalannya waktu dengan memahami keragaman.

Peter Cam.
Peter Cam.

Tempat ini benar-benar tempat yang mengajarkan betapa sederhananya hidup dan betapa berharganya rasa syukur. Menunggu untuk makan, berjalan ke kantin, dan mengaji adalah pengalaman yang mengajarkan kesabaran dan ketekunan. Terlebih lagi, ketika kalian ingin pergi ke kamar mandi dan harus menggunakan mushola yang jauh, saat pulang ke tempat tinggal kalian pun merasa begitu bersyukur sekaligus merasa malu pada anak-anak pesantren yang memang harus melakukannya setiap harinya. Kalian belajar untuk bersyukur dari diri sendiri, ketika melihat betapa kerasnya komunitas itu mencoba bersama-sama dan menjalani hidup dengan semangat. Kalian mengerti bahwa setiap hal kecil yang kalian miliki adalah bermanfaat, dan segalanya akan membuat kalian merasa bahagia.

Selama kegiatan yang berlangsung, inisiatif dan jiwa kepemimpinan diuji dalam berbagai kesempatan. Diskusi kelompok dan presentasi di depan audiens membantu berkomunikasi dengan percaya diri. Keberanian untuk mengambil peran aktif memperlihatkan pentingnya menjadi proaktif dalam segala situasi. Kedua situasi juga membuktikan bahwa menjadi aktif harus selalu dengan hati nurani yang bersih. Kepemimpinan sejati hanya muncul jika seseorang benar-benar memperhatikan kebutuhan orang lain dan mempertanggungjawabkannya secara penuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun