Mengutip kata-kata Mahatma Gandhi, "Kamu harus menjadi perubahan yang ingin kamu lihat di dunia." Ekskursi ini mendorong saya untuk mulai membangun sikap toleransi dari diri sendiri. Jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang harmonis, kita harus menjadi individu yang bersedia memahami dan menghargai keberagaman. Â
Dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman ini mengingatkan saya pada semboyan bangsa kita, Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Indonesia adalah rumah bagi ribuan budaya, bahasa, dan agama, dan keberagaman ini adalah kekayaan yang tidak dimiliki banyak negara. Â
Namun, menjaga keberagaman tidak mudah. Konflik sering kali muncul dari ketidaktahuan dan prasangka. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kunci untuk menanamkan nilai toleransi sejak dini. Pengalaman ekskursi ini adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi alat untuk memupuk pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Â
Ekskursi ke pesantren adalah perjalanan yang lebih dari sekadar program sekolah. Ini adalah pengalaman yang membuka mata dan hati saya tentang bagaimana hidup berdampingan dalam keberagaman. Dari keramahan para santri hingga kebijaksanaan para ustad, saya belajar bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk tumbuh bersama. Â
Sebagaimana saya melangkah keluar dari pesantren, ada satu hal yang terus terngiang: kita adalah bagian dari mozaik besar yang disebut kemanusiaan. Dan di dalam mozaik ini, setiap perbedaan adalah warna yang memperkaya keindahannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H