Aku bingung, kenapa masalahnya menjadi semakin rumit, ditambah kakakku adalah seorang guru di SD, yang setiap pagi harus mengajar ke sekolah, sehingga tiga anaknya selalu mamah yang mengurus, bukan hanya itu, sifat kakakku yang masih ketergatungan pada orang tua, pakaian selalu mamah yang cucikan, sampai pernah mamah harus oprasi karena kecapean. Aku sering omongin mamah buat jangan terlalu manjain kakak, tapi omonganku ga pernah didengar. Setelah kejadian itu bapak jadi sering cerita, dan akhirnya aku faham kenapa bapak suka marah-marah, seakan-akan perjuangan bapak selama ini tidak pernah dihargai. Aku tidak menyalahkan siapapun, mungkin ketika aku di posisi bapakpun aku akan melakukan hal yang sama karena tingkat kesabaran juga ada batasnya. Dan mungkin ketika aku jadi mamahpun mungkin aku akan bingung karena orang tua adalah sosok yang selama ini sudah melahirkan kita, sudah mengurus kita hingga besar, tidak  mudah menolak perminataan dan arahannya. Kakakpun yang memang menurutku masih belum matang untuk kemudian menjadi seorang ibu.
Saat ini aku hanya bisa memaklumi, aku mencoba melihat dari berbagai sudut yang pada akhirnya tidak bisa kita menyalahkan salahsatu pihak, masing-masing punya bagian dari kesalahan itu, aku mencoba untuk bisa menerima dan menjadikan pelajaran bahwa setiap orang punya kekurangan, setiap orang punya ego, tinggal kita memilih mau atau tidak menambal kekurangan tersebut, mau tidak mengalahkan egoisme dalam diri kita. kita yang menentukan. Dan untuk mempertahankan pertemanan bahkan cinta dalam sebuah hubungan tidak bisa jika hanya menerima kelebihan saja. Perlu ada pengorbanan jiwa dan raga bahkan perasaan yang tak terhingga demi terjalin sebuah hubungan yang langgeng.Â
Kejadian itu membuatku terpuruk, pikiranku hancur, tapi aku mencoba untuk selalu kuat yaitu dengan terus berpikir positif bahwa dari balik setiap kejadian pasti ada hikmahnya, aku terus mencoba untuk dewasa, hingga pada akhirnya aku harus bisa mengikhlaskan kekecewaan, itulah satu-satunya jalan untuk ku bisa bangkit Kembali.
semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut.....terimakasih sudah membaca...
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H