Mohon tunggu...
Muhamad Nur Alim
Muhamad Nur Alim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan

Your future depends on what you do today

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekspektasi vs Realita (Filosofi Stoic)

20 Agustus 2024   11:12 Diperbarui: 20 Agustus 2024   11:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by: Gramedia.com

Pernah ga si kalian merasa kecewa dan berada di titik kehilangan harapan, padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan sudah mencoba berbagai cara, tapi hasilnya tetap saja negative, hingga sampai pada akhirnya kita merasa lelah, atau situasi seperti ini biasa orang-orang sebut dengan putus asa. Nah untuk kalian yang sedag merasa putus asa seperti ini, apasih yang harus dilakukan?

Sebetulnya ada banyak situasi yang bisa membuat kita merasa putus asa, misalnya selama sekolah atau kuliah mungkin kita pernah dihadapkan dengan pelajaran yang sangat sulit sampai kita merasa kalo belajar sekeras apapun nilai kita tetap segitu-gitunya. Atau mungkin suasana rumah yang tidak bisa kita kontrol seperti halnya orang tua yang sering berantem, kita mau coba nasihatin juga ga bisa karena status kita hanya sebatas anak misalnya. Situasi seperti ini memang sangat tidak menyenangankan karena disatu sisi kita ingin apapun yang selama ini kita perjuangkan itu bisa berhasil tapi di sisi lain kita juga sudah merasa capek untuk berusaha dan kalo kita cari jalan lain tetap gagal juga.

Menurut sikologi situasi seperti ini disebut dengan Learned Helplesness, dimana terjadinya perasaan pasrah dan tak berdaya yang kemunculannya dipicu oleh kejadian buruk seolah-olah tidak bisa dikontrol dan dialami oleh seseorang secara berulang. Situasi seperti ini bisa menimbulkan beberapa masalah seperti pandangan dan perasaan yang negative, stres, frustasi bahkan depresi sehingga membuat diri kita tidak terkontrol dan kehilangan semangat untuk berusaha untuk mencobanya lagi.

Jika kita tidak bisa merubah perasaan negative kita karena keadaan, maka satu-satunya hal yang bisa kita upayakan adalah merubah pola pikir kita yaitu dengan filosofi Stoicism. Di stoicism tersebut terdapat satu konsep yang bernama "Dikotomi Kontrol" yaitu pemahaman bahwa di kehidupan ini ada hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak bisa kita kendalikan. Seperti contohnya dimana ketika kita akan pergi keluar rumah karena ada keperluan, tapi tiba-tiba ujan, dan hal ini tidak bisa kita kontrol, mau tidak mau kita harus menunggu ujannya reda. Contoh lain suatu ketika kita sedang terburu-buru pergi ke sekolah, eh tiba-tiba ban motor kita bocor. Lalu kita malah menyalahkan takdir yang seakan-akan selalu tidak berpihak kepada keinginan kita.

Hal demikian seringkali membuat kita frustasi karena kita mencoba untuk mengendalikan hal yang tidak bisa kita kendalikan. Dan sampai kapanpun memang kita tidak akan mampu untuk bisa mengendalikan hal-hal demikian, kita ingin dilahirkan oleh siapa, ingin mengendalikan cuaca dan lain sebagainya. Demikian adalah diluar kendali kita.

 Stoicism mengajarkan kita untuk senantiasa menerima segala hal yang tidak bisa kita kendalikan walaupun tidak mudah untuk menerimanya. Fokuskan saja diri kita pada hal yang bisa kita kendalikan. Entah itu usaha untuk mengembangkan kemampuan yang kita miliki atau menikmati realita walau tidak sesuai dengan ekspektasi kita, sesimple karena hal itu berada dalam kontrol kita. mungkin kita tidak bisa mengendalikan lingkungan kita, tapi kita punya pilihan untuk mencari lingkungan baru misalnya.

Secara singkatnya ketika realita mematahkan ekspektasi kita, maka kita harus bisa mengoptimalkan takdir kita. Daripada kita mengeluh dan putus asa, lebih baik kita coba syukuri dan melakukan yang terbaik atas takdir yang telah Tuhan berikan. Kembali lagi ke sub judul yang pertama yaitu coba untuk menggunakan sudut pandang yang positif bahwa jalan yang diberikan Tuhan adalah jalan yang terbaik untuk kita. Tuhan pasti mempunyai alasan mengapa realitanya tidak sesuai ekspektasi, bisa jadi ada hal buruk dalam kejadiannya sehingga Tuhan tidak mentakdirkan. Kita hanya perlu berhusnudzon dan bersyukur lalu kemudian mengoptimalkan takdir yang telah ditetapkan. 

Penulis: Muhamad Nur'alim (Mahasiswa PGSD Semester 7 Universitas Muhammadiyah Kuningan dan aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kuningan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun