Mohon tunggu...
Daron AlfaAgustinusRahardianto
Daron AlfaAgustinusRahardianto Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

Sejarah itu bapaknya ilmu-ilmu; suaminya Filsafat; saudaranya Seni dan Bahasa; temannya Matematika; dan anaknya Agama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cukup Summarecon dan Kranji

14 Desember 2015   09:06 Diperbarui: 14 Desember 2015   10:51 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Bekasi bagi kebanyakan orang yang bermukim di luar Kota Bekasi akan berpikir bahwa Bekasi itu panas, berdebu, dan tidak layak di pandang mata. Hal terekstrim tahun lalu adalah Bekasi dinobatkan sebagai planet di luar bumi. Memang, Bekasi bukanlah Bogor atau Jakarta yang banyak dibanggakan banyak orang. Namun, saya berpikir dari sudut pandang Kota Bekasi setelah dua tahun terakhir ini saya bekerja di wilayah Bekasi Timur. Sepanjang perjalanan saya tidak menemukan kemacetan yang berarti menuju tempat saya bekerja. Paling lama hanya sepuluh menit terjebak macet. Saat pulang kerja pun menuju Bekasi Barat juga tidak mengalami kemacetan yang signifikan.

Selama bekerja di Bekasi, saya mengamati tata Kota Bekasi yang menurut saya tidak begitu rumit dan masih layak menjadi hunian favorit bagi warga pendatang dari luar Bekasi. Sebagai kota satelit, Kota Bekasi sempat dianugerahkan sebagai Kota Perencanaan Pembangunan Terbaik pada April 2015 lalu. Namun saya agak terganggu dengan berita beberapa bulan lalu mengenai pembangunan jembatan layang Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) yang sebenarnya sudah menjadi proyek klasik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya. Kekhawatiran saya adalah bila ada investor dalam dan luar negeri yang melirik Kota Bekasi dan menjadikannya sebagai area untuk membuat berbagai lahan permukiman dan sentral bisnis dengan pembangunan infrastrukutur berupa jembatan-jembatan layang di berbagai jalan utama di Kota Bekasi. Tentu landscape Kota Bekasi tidak akan indah dipandang mata. Mudah-mudahan inverstor, pengembang (developer), pemerintah Kota Bekasi dan segenap masyarakat Kota Bekasi dapat memahami maksud saya.

Mengenai pembangunan infrastruktur, sebagai warga Kota Bekasi, saya mengagumi keberadaan jembatan layang Summarecon yang berada di sekitar pusat Kota Bekasi. Seperti sebuah ikon baru bagi Kota Bekasi. Jembatan layang Summarecon (Summarecon Flyover) resmi menjadi penghubung jalan raya utama Ahmad Yani menuju kompleks hunian Kota Summarecon Bekasi pada 13 April 2013 lalu. Pembangunannya memakan waktu hampir tiga tahun. Kini akses menuju tol Bekasi Barat menjadi semakin mudah. Sepengamatan saya, pembangunan jembatan itu tepat guna karena berada di atas lintasan rel kereta api. Walaupun di negara-negara maju, selayaknya jalur kereta api sudah berada di bawah tanah sehingga tidak mengganggu aktivitas kendaraan roda empat, sepeda, dan para pejalan kaki.

Sama halnya dengan jembatan layang Summarecon, jembatan layang Kranji (Kranji Flyover) juga berada di atas lintasan kereta api. Pembangunannya sejak lebih dari satu dekade lalu. Walaupun kemacetan lalu lintas di area Kranji masih menjadi momok. Saya pikir, peraturan lalu lintas dan kesiagaan para pengatur lalu lintas di sekitar Pasar Kranji dan Stasiun Kranji sudah cukup mengatasi kemacetan yang menurut saya tidak begitu parah, artinya para pengendara masih dapat menginjak gas walau sedikit-sedikit dan akhirnya lolos dari kemacetan.

Berkaca dari dua fungsi jembatan layang tersebut, saya sebagai warga Kota Bekasi berharap agar siapa pun pemegang kebijakan di Kota Bekasi dapat mempercantik seluruh area Kota Bekasi, tidak hanya di pusat kota, tapi juga ke seluruh tepian kota dan perbatasannya dengan kota lain seperti Jakarta, Bogor, Depok, dan Cikampek. Pembangunannya dapat bertahap. Dalam tulisan ini mempercantik dapat memperluas area hijau, taman kota, dan tidak harus membuat pembangunan jalan layang yang menutupi jalan-jalan utama seperti di jalan KH. Noer Ali dan Ahmad Yani. Sangat disayangkan jika Mal Metropolitan Kota Bekasi tertutup oleh jalan layang. Kelegaan melihat jalan raya yang lapang di Kota Bekasi adalah suatu kenikmatan yang sama halnya melihat jalan raya Sudirman di Jakarta.

Andai pun harus dibuat jalan-jalan layang baru di Kota Bekasi, setidaknya memperhatikan kaidah estetika tata pembangunan kota dari berbagai sudut agar masyarakat Kota Bekasi mendapatkan kenyamanan. Bukan kenyamanan bagi para investor dan pengembang hunian saja. Penataan Kota Bekasi sudah menjadi tanggung jawab siapa saja yang ingin berkontribusi bagi Kota Bekasi.

Referensi (bahan bacaan):
http://news.liputan6.com/read/2207930/bekasi-dinobatkan-jadi-kota-perencanaan-pembangunan-terbaik

http://www.summarecon.com/media/det/92

http://poskotanews.com/2015/03/19/proyek-toll-becakayu-rampung-2017/

Sumber gambar: beritasatu.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun