Mohon tunggu...
Darohjatul Khasanah
Darohjatul Khasanah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Seorang pembelajar yang memiliki minat dalam bidang sains dan sastra serta menyukai hal-hal sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sistem Parenting Orang Tua Memengaruhi Keterlambatan Bicara Pada Anak

15 Maret 2024   23:05 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SISTEM PARENTING ORANG TUA  MEMENGARUHI KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK 

Penulis: Azzahra Inas Fadilah dan Darohjatul Khasanah

Siswi Kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Bukateja 

Lima tahun pertama kehidupan disebut sebagai “masa keemasan” atau golden period di mana pada masa ini, anak akan sangat peka terhadap lingkungan. Hal ini menjadi sangat penting karena pertumbuhan sel-sel otak anak terjadi pada masa ini sehingga aspek perkembangan terus mengalami peningkatan. 

Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dengan kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda-beda. Misalnya, ketika anak menginjak umur 3 tahun, normalnya mereka sudah mulai bisa berbicara dengan lancar dan jelas. Namun, terdapat beberapa anak yang mengalami hal sebaliknya pada masa emasnya.

Keterlambatan berbicara atau yang biasa disebut sebagai speech delay merupakan kondisi di mana kemampuan komunikasi atau kemampuan memproduksi suara anak berada di bawah rata-rata anak seusianya. 

Ketua Umum Ikatan Terapi Wicara Indonesia (IKATWI) mengatakan, 20 persen anak Indonesia mengalami keterlambatan berbicara. itu artinya jika terdapat 5 juta anak, maka 1 juta di antaranya dapat mengalami speech delay. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial anak sehingga dapat menjadi masalah krusial yang perlu diperhatikan.

Faktor Keterlambatan Bicara pada Anak

Faktor penyebab speech delay tentunya beragam, dapat berasal dari masalah internal maupun masalah eksternal. Masalah internal berkaitan dengan individu anak itu sendiri seperti masalah pada lidah, langit-langit mulut atau gangguan mengendalikan gerakan (apraxia) yang dapat diselesaikan dengan bantuan dokter, khususnya dokter anak. Sementara masalah eksternal berhubungan dengan lingkungan sang anak itu berada, di mana tak hanya mengenai tempat namun juga orang-orang di sekitarnya terutama orang tua.

1. Kurangnya Stimulasi yang Diberikan

Bayi berusia 1-2 tahun umumnya belum bisa merangkai kalimat dengan baik untuk menyampaikan maksud atau keinginan kepada orang dewasa. Mereka masih sering menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk, melihat benda dengan intens, bahkan kerap merengek hingga menangis jika maksud mereka tak segera ditangkap dengan baik. Lingkungan yang memiliki banyak interaksi dan stimulasi bahasa akan berpengaruh pada kemampuan bicara anak. Kurangnya stimulasi verbal seperti melakukan percakapan, membaca buku bersama, maupun bernyanyi bersama dapat memengaruhi perkembangan bicara anak dan menghambat kemampuan komunikasinya.

2. Pemberian Gawai pada Usia Dini

Kadang kala, orang tua yang masih dalam tahap belajar untuk memainkan peran mereka kerap kali menggunakan cara instan untuk membuat anak tenang, alih-alih mengambil waktu sedikit lebih lama untuk mengamati sinyal yang diberikan sang anak. Salah satunya ialah mempertontonkan tayangan lucu atau menyodorkan game online melalui gawai. 

Hal ini tentu saja menghambat kemampuan berbicara anak-anak sebab pemberian gawai tersebut mengalihkan perhatian sang anak untuk berpikir kritis dalam mencari cara bagaimana mengkomunikasikan apa yang dia maksud agar direspons dengan baik dan tepat oleh orang tua. 

Tidak hanya itu, pemberian gawai juga seolah menyetel sinyal otomatis bagi sang anak bahwa ia hanya perlu menangis atau merengek untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan. Padahal, saat dewasa manusia butuh menggunakan bahasa verbal yang dapat dimengerti secara umum daripada sekadar bahasa tubuh yang diinterpretasikan berbeda tiap orangnya.

3. Seringnya Penggunaan Bahasa Bayi

Saat anak sudah mulai bisa mengucapkan beberapa buah kata, pengucapan mereka yang kurang jelas seolah makin dijerumuskan oleh orang tua. Misalnya ketika mengatakan kata ‘susu’, anak kerap mengucapkannya dengan lafal berbeda menjadi ‘cucu’. Atau saat mengatakan kata ‘biru’, anak melafalkannya menjadi ‘iyu’. 

Meski begitu, orang tua tidak seharusnya mengulang pelafalan yang sama seperti sang anak. Kata ‘susu’ maupun ‘biru’ harus diucapkan dengan benar sebab anak juga menyerap kemampuan berbicara dan berkomunikasi dari apa yang ia dengar. Dengan begitu, anak tidak hanya belajar bagaimana melafalkan sebuah kata dengan benar tetapi mengingatnya dengan lebih baik sebab lebih banyak sesuatu yang dipelajari dari kesalahan.

 Hal yang Perlu Dilakukan

Sistem parenting dari orang tua memainkan peran sangat besar. Ditambah dengan kemajuan peradaban zaman, sistem parenting akan selalu berubah dari satu generasi dan generasi lainnya. Cara orang tua merespons terhadap tumbuh kembang anak jika sembarangan akan memberi dampak buruk dan menghambat pertumbuhan juga perkembangan sang anak. Ini akan sangat merugikan, baik bagi orang tua, pribadi anak itu sendiri, bahkan lingkungan sosial masyarakat sekalipun.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jakarta dokter spesialis anak Rini Sekartini menyarankan kepada orang tua agar tidak diberikan akses ponsel atau gawai kepada anak hingga mencapai usia 2 tahun untuk mencegah terjadinya telat bicara.

Kedua, rajin membacakan cerita atau mengajaknya bernyanyi perlu dilakukan untuk menambah kosakata dan kemampuan bahasa anak sedini mungkin. Meskipun anak belum dapat berbicara, kata-kata yang sering didengarnya akan mengakar kuat pada saraf otaknya. Kosakata akan berbanding lurus dengan jumlah kata yang didengarnya, tentunya hal ini dapat menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan bahasanya.

Hal ketiga yang perlu dilakukan ialah sering merespons dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika anak meminta sesuatu. Memerhatikan anak dan selalu mengajaknya untuk bercakap-cakap walaupun terkadang anak tidak memperhatikan atau mengabaikan apa yang orang tua ucapkan juga perlu ditingkatkan.

Kemudian, ketika anak terindikasi tanda-tanda speech delay, orang tua perlu membawanya terapi wicara sebelum keadaan bertambah parah dan mengganggu tumbuh kembang anak.

Gangguan keterlambatan berbicara atau speech delay pada anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama orang tua. Untuk itu, perhatian dari orang-orang terdekat, orang tua, kerabat dan lingkungan tempat tinggalnya yang baik dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih keterampilan berbicara dengan dukungan stimulasi yang memadai. Anak dapat melewati masa emasnya tanpa ada gangguan, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.



Referensi:

Anonim. (2021, 29 Juli). Hindari gawai terlalui dini cegah anak telat bicara. Diakses pada tanggal 22 Januari 2024, dari https://fk.ui.ac.id/infosehat/hindari-gawai-terlalui-dini-cegah-anak-telat-bicara/

Adhiyasasti. (2023, 8 Desember). Ini Stimulasi untuk Cegah Speech Delay pada Anak. Diakses pada tanggal 22 Januari 2024, dari https://skata.info/article/detail/1588/ini-stimulasi-untuk-cegah-speech-delay-pada-anak

Puspitasari, V. I. Dan Leny. 2022. Science Project sebagai Strategi Stimulasi Kemampuan Bicara pada Speech Delay Anak Usia Dini. Jurnal Inovasi Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pancasakti Bekasi, Vol 2 (1). Hal 18.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun