Saya memiliki tiga orang anak. Dzakira adalah anak saya yang pertama. Meskipun dia anak perempuan, saya sangat menyayanginya sama seperti anak saya yang lain. Sekarang dia sudah duduk di kelas dua MIN Daruba Morotai.Â
Banyak kisah yang kami lalui sampai usianya sekarang. Dia adalah anak yang pendiam dan sulit bergaul dengan teman-temannya. Tapi uniknya saat dia sudah kenal seorang teman ia adalah anak yang selalu setia sama temannya bahkan sering minta ijin tidur di rumah temannya. Karena mereka adalah tetangga dekat saya, kadang saya ijinkan kadang juga saya tidak ijinkan.
Biasanya di hari libur, kami bersama tetangga dekat pergi ke pantai Army Dock bersama anak-anak. Di sana kami menikmati mandi pantai sambil membuat istana pasir. Â "Sangat seruu", kata anak-anak.Â
Pemandangan pantai dan laut di sini sangat murah dan mudah dijangkau. Selain mudah dijangkau banyak pilihan pantai-pantai lain. Seperti mengunjungi pulau Dodola. Pulau ini menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Pulau Morotai. Saat Sail Morotai banyak turis lokal, nasional dan internasional berdatangan ke pulau ini.
Kala itu morotai masih seumuran jagung menjadi kabupaten. Banyak kegiatan yang diselenggarakan dalam kegiatan sail tersebut. Itu sedikit gambaran tentang kabupaten pulau morotai.Â
Saya pernah menjanjijkan anak saya sebuah sepeda baru. Meski ekonomi saya pas-pasan, saya berusaha membelikannya sepeda baru. Tampak raut wajahnya bahagia.Â
Hampir setiap hari sepulang dari sekolah hanya dihabiskan untuk bermain sepeda. Saya sangat senang meski dalam hati khawatir karena setiap hari bermain sepeda di bawah terik matahari panas. Alhasil, kulitnya pun tampak kemerahan karena sengatan matahari.
Di sisi lain, saya sangat senang sebab bisa membuat perasaannya bahagia. Sangat penting menanamkan rasa bahagia pada anak sejak kecil. Agar mentalnya dapat tumbuh dengan baik.Â
Saya secara pribadi lebih memperhatikan kebahagian anak saya daripada kecerdasannya. Karena saya berpikir suatu saatnanti seorang anak akan tahu apa yang harus dipelajarinya. Asalkan mentalnya tidak terganggu dari kecil. Intinya, saya mau anak saya bahagia dulu kalau pintar itu nanti belakangan.
Setelah sekian lama waktu berjalan, beberapa bagian sepedanya sudah mulai rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Saya memarkirnya di samping kamar mandi. Dia sering kali meminta agar sepedanya diperbaiki kembali. Waktu itu, saya belum sempat memperbaikinya.Â
Di suatu malam, saya mengajaknya ke salah satu ATM Mini untuk mentransfer uang buku antologi bersama penulis BM 27. Sepulang dari sana, saya langsung mengajaknya ke salah satu toko penjual spare part sepeda anak-anak.Â