Terkadang sebuah hal sederhana itu kian lama kian memudar seiring dengan moderenisasi zaman yang semakin canggih. Takterkecuali teknologi pengobatan.
 Hal ini juga mempengaruhi perkembangan obat-obatan. Semakin mahal harga sebuah obat, semakin cepat pula kemujarabannya. Memang, dengan semakin canggihnya teknologi pengobatan modern dan perkembangan obat-obatan, banyak membantu bagi penyembuhan berbagai macam penyakit. Namun, itu bukan berarti tidak ada efek sampingnya.
Segala macam obat-obatan non-herbal pasti ada efek sampingnya. Pada dosis dan pemakaian dalam jangka waktu tertentu bisa menimbulkan kerusakan, baik hati, ginjal, gangguan pernafasan, sampai kejang-kejang bahkan bisa menyebabkan kematian.
Respon masyarakat dalam hal efek samping obat-obatan kimia ini masih sangat kurang bahkan bisa dibilang acuh. Sebagai contoh; Saat sakit kepala menyerang, respon yang banyak diambil adalah bergegas mencari atau membeli obat, entah itu di apotik ataupn di warung-warung pinggir jalan. Alasan mayoritasnya adalah karena praktis, mudah didapat dan hemat waktu. Memang terhitung membantu.
Berbeda dengan kerokan. Tehnik pengobatan tradisional yang sudah sejak zaman dahulu kala ini terbilang sukses dalam hal membantu penyembuhan sakit kepala, masuk angin dan badan meriang. Keunggulannya, kerokan itu ga ada efek sampingnya. Mungkin, jikalaupun ada efek sampingnya adalah enteng di badan. (Hehehe, efek samping beda kali sama efek doaaaang).
Pengalaman saya dalam hal kerokan berawal dari tempat kerja. Saat itu, manager perusahaan datang dengan seorang yang terlihat bukan seperti rekan bisnis, memperkenalkannya kepada kami. Pria paruh baya, berwajah lugu, suka tersenyum, dan asyik saat ngobrol, sebutannya, "Ki Jambe". Beliau adalah seorang tukang pijit. Nama ini adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya adalah "Jamhari Beken". Sebuah nama yang terinspirasi dari fans --pelanggan.
Sudah menjadi rutinitasnya, setiap seminggu sekali tepatnya hari Sabtu siang, Ki Jambe datang dengan wajah terlihat cerah semangat. Ibarat seorang pahlawan, dengan ikat kepala merah putih, yang hendak datang memberikan pertolongan dengan mengusir pegal-pegal di sekujur badan. Hehehe, jadi menghayal.
Tidak bisa dipungkiri lagi, karyawan yang memang sudah sekian lama dari hari senin sampai datangnya Ki Jambe ke kantor, banyak yang merasakan pegal-pegal di belahan punggung bagian atas. Ini terjadi akibat badan kurang berolahraga, pikiran berat, tubuh lelah dan suhu lingkungan tidak sesuai dengan kondisi badan.
"Ini bukan pegal-pegal biasa. Ini angin", pungkas Ki Jambe meyakinkan.
Hari itu juga, tak kurang dari 5 karyawan rela mengantri demi mendapatkan pelayanan memuaskan dari juru pijat, Ki Jambe.
Seusai memijat, Ki Jambe menyarankan untuk dikerok. Hal ini dikarenakan untuk mengeluarkan angin yang mengganggu di dalam tubuh. Jikalau tak lekas dikeluarkan maka, kemungkinan hal yang akan terjadi adalah meriang karena masuk angin.