Tanpa bisa disangkal, di tengah maraknya image dan citra dalam kehidupan sehari-hari, aspek penampilan muncul sebagai elemen vital dalam dinamika sosial.Â
Interaksi antarindividu kerap dimulai dengan pandangan pertama pada penampilan fisik, di mana pakaian menjadi benda yang mencuri perhatian paling banyak ketika kita berkomunikasi dengan sesama. Sehingga, saat ini orang ramai -- ramai untuk berpenampilan unik dan menarik, agar menimbulkan kesan pertama yang baik dari orang lain.
Fashion menjadi elemen tak terpisahkan dari penampilan dan gaya sehari-hari, di mana pakaian dan aksesoris tak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh atau perhiasan semata. Mereka juga berperan sebagai medium ekspresi untuk mengkomunikasikan identitas personal.Â
Dalam evolusinya, fashion tidak lagi terbatas pada urusan pakaian dan aksesoris seperti kalung dan gelang, melainkan juga melibatkan benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan desain yang cerdas dan unik. Semua ini menjadi alat yang mampu mencerminkan dan meningkatkan tampilan seseorang.
Fashion dapat berfungsi sebagai jendela kecil yang mengungkapkan kepribadian seseorang kepada orang lain. Gaya berpakaian atau berbusana menjadi kriteria pertama yang digunakan untuk menilai seseorang.Â
Selain itu, fashion juga menjadi wadah untuk menyatakan ekspresi diri seseorang. Usaha manusia untuk mempercantik diri guna mendapatkan perhatian bukanlah suatu hal baru. Bahkan, jauh sebelum zaman modern seperti sekarang, upaya ini telah dilakukan.Â
Jejaknya dapat ditemukan di museum-museum sejarah atau pada relief-relief candi, di mana pakaian dan perhiasan pada masa itu terbuat dari bahan-bahan seperti kerang, manik-manik, batu alam, dan bahkan emas, yang menjadi elemen penting dalam menyempurnakan penampilan seseorang.
Misalkan saja ketika bertemu dengan pria menggunakan kemeja lengan panjang rapi dengan balutan jas yang menyempurnakan penampilannya, orang yang memandang pria tersebut akan memberi klaim bahwa pria tersebut berasal dari lingkungan yang berada dan bekerja di perusahaan dengan karir yang bagus.Â
Belum lagi, apabila pria itu memakai aksesoris seperti jam tangan dan juga tas ber-merk yang akan mendukung anggapan orang lain terhadapnya. Hal itu membuktikan keberadaan fashion menjadi bagian dari identitas seseorang berdasarkan penilaian orang lain.
Dalam karya Budaya Populer sebagai Komunikasi (2007: 243), Idi Subandi menguraikan perkembangan masyarakat dalam mengartikan fashion sebagai konstruksi identitas. Subandi mengelompokkan masyarakat ke dalam tiga tahap, yaitu tradisional, modern, dan pasca-modern.Â