Pada tahap pertama, masyarakat tradisional dianggap memiliki kode-kode kemewahan yang tetap, di mana busana dan penampilan mencerminkan kelas sosial, profesi, dan status seseorang secara langsung.
Kemudian, tahap kedua melibatkan masyarakat modern yang mereduksi kode-kode fashion yang kaku, memberikan ruang baru untuk membentuk identitas personal.Â
Masyarakat modern memberikan kesempatan bagi individu untuk menciptakan identitas mereka sendiri, namun juga membawa dampak yang disebut sebagai 'krisis identitas'.Â
Fashion dalam masyarakat modern dianggap sebagai penentu identitas seseorang dan memengaruhi bagaimana masyarakat menerima individu pengguna fashion. Modernitas dan fashion bersinergi, terus berinovasi dengan mengganti yang lama dengan yang baru.
Tahap ketiga, masyarakat pasca-modern, menyoroti permasalahan identitas dan fashion. Pasca-modern menganggap identitas sangat tidak stabil dan rapuh, hanyalah mitos dan ilusi.Â
Fashion dianggap sebagai aktivitas konsumsi, di mana keinginan untuk memiliki menandakan kehilangan identitas. Jacques Lacan menyebutnya sebagai sense of identity, di mana kepemilikan bukan karena kehendak atau pilihan sadar, tetapi karena menjadi trendsetter atau dimiliki orang lain.Â
Fashion menjadi konsumsi, menjadi sarana untuk memanjakan diri dengan barang-barang komersial. Pada fase ini, fashion memiliki banyak interpretasi, dapat berarti identitas, trendsetter, atau bahkan topeng kebohongan. Ini menciptakan fungsi komunikasi dari busana dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana formal maupun non formal.
Fashion memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan seseorang, terutama bagi para wanita. Bagi mereka, fashion bukan hanya sekedar bahasa tubuh atau bentuk komunikasi non-verbal melalui penampilan, tetapi juga merupakan ekspresi naluri untuk tampil dan menarik perhatian, sebagai cara untuk mengkomunikasikan esensi diri mereka.Â
Pentingnya fashion tidak hanya sebagai kebutuhan semata, melainkan sebagai suatu penampilan yang mencerminkan identitas individu. Jika ditinjau dari sudut pandang kebutuhan, fokusnya lebih pada keinginan untuk dipresentasikan kepada orang lain. Namun, jika penampilan dijadikan sebagai medium komunikasi yang konsisten, maka identitas pun akan terbentuk.
Berkenaan dengan hal itu, ada banyak trend fashion yang menjamur dan diikuti oleh berbagai kalangan untuk menggambarkan identitas mereka atau mungkin juga sebagai trendsetter.Â
Trend fashion yang mereka pilih biasanya dikarenakan faktor rasa suka dan kecocokan trend tersebut dengan postur tubuh atau karakteristik.Â