Mohon tunggu...
Putu Darmika Susilawati
Putu Darmika Susilawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Halo saya ingin membagikan tulisan saya

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi UMKM Buah Sisik Ular sebagai Ikon Desa Sibetan

28 Agustus 2020   16:58 Diperbarui: 28 Agustus 2020   16:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata" buah salak" tidak asing lagi untuk kita mengetahui tentang buah tersebut. Buah dengan nama latin Salacca zalacca ini serta sebutan snake fruit yang diberikan karena kulitnya mirip dengan sisik ular merupakan ciri khasnya. Di Bali sendiri terdapat daerah penghasil buah salak yang cukup terkenal,letaknya di ujung timur pulau Bali yakni di Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem.

"Anda tiba di kawasan wisata agro kebun salak Sibetan", begitulah kalimat yang akan anda temui saat tiba di desa Sibetan. Saat memasuki desa ini, dikiri dan kanan jalan kita akan disuguhkan dengan perkebunan salak milik penduduk setempat. Dengan kondisi cuaca yang relatif sejuk dan kondisi iklim yang basah sampai kering menjadikan desa ini cocok sebagai tempat tanaman salak tumbuh dan berbuah.

Siapa sangka buah ini juga memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh. Mengutip dari Indonesiabaik.id buah salak kaya akan kandungan zat besi, vitamin A, vitamin B2, vitamin C serta karbohidrat yang baik dikonsumsi bagi penderita anemia difiensi besi. Disamping itu, buah salak tidak mengandung kolesterol sehingga aman dikonsumsi bagi yang memiliki kolesterol tinggi.

Melansir dari laman desa.sibetan.wordpress  buah yang memiliki rasa asam, manis hingga sepat itu memiliki 15  varietas  di desa ini diantaranya adalah salak nanas, salak gula pasir, salak injin, salak gondok  dan yang lainnya. Salak gondok merupakan salak yang paling banyak populasinya dan lazim dikembangkan, sedangkan salak gula pasir merupakan salah satu salak yang paling laris karena rasanya yang manis seperti gula.

Memiliki citarasa tersendiri dan berbeda dari buah sejenisnya dari daerah lain di Indonesia menjadikan buah yang dihasilkan Desa ini terkenal sebagai salak Bali. Sebagai komoditas salak di Bali buah salak dari desa ini juga sering dijual ke luar daerah, banyak pemasok salak dari luar Bali membeli salak dari desa ini terutama dari Lombok dan Jawa. Harga buah ini saat musim panen cenderung murah dibandingan saat tidak musim panen yang harganya relatif lebih tinggi.

Melimpahnya buah salak dengan harga rendah inilah yang menjadikan masyarakat mengolah buah ini menjadi berbagai olahan lain seperti kripik salak, kurma salak, pia salak, bumbu rujak, madu salak, hingga wine salak yang kini semakin terkenal di pasaran. Biasanya wine terbuat dari anggur, namun di desa ini menghadirkan wine dengan sensasi yang berbeda.Wine salak merupakan olahan buah salak yang dibuat dengan proses fermentasi dan penyulingan yang rasanya tidak kalah dengan wine lainnya.  

Dapat diolah menjadi berbagai macam olahan bukan berarti bagian lain dari buah ini tidak dapat dimanfaatkan, batang muda dari pohon ini yang disebut dengan sayur pol oleh masyarakat setempat memiliki rasa yang tidak kalah lezat dengan sayur lainnya yang juga merupakan makanan khas desa Sibetan.

Selain itu biji buah salak dapat diolah menjadi  kopi yang memiliki manfaat di bidang kesehatan. Coffeeland Indonesia menyebutkan bahwa kopi dari biji salak memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan yakni mengatasi asam urat, memperlancar sistem pencernaan, meningkatkan kinerja otot, mencegah hipertensi, dapat mengobati diare dan sebagainya. Tidak hanya itu, kulit salak yang biasanya dibuang dapat diolah menjadi teh salak yang dapat mengobati beberapa penyakit seperti sembelit,tekanan darah tinggi, serta mengobati ambeien.

Memiliki antioksidan yang tinggi, tidak menggunakan pengawet, dan kadar kafein kopi salak yang sangat rendah merupakan keunggulan dari produk olahan salak tersebut. Namun, produk tersebut hanya bisa bertahan sekitar 3 bulan karena tidak menggunakan bahan pengawet serta kapasitas produk yang terbatas disebabkan karena proses pengolahannya yang  masih manual.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar, tidak menutup kemungkinan produk hasil olahan buah salak ini akan berkembang dan banyak diminati oleh masyarakat luar. Mengetahui manfaat serta ketenaran buiah ini, sebagai generasi muda sudah  sepatutnya  kita ikut andil dalam pengembangan potensi yang terdapat di desa sendiri, upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya:

*Memiliki pengetahuan tentang karakteristik buah salak sibetan
Sebelum pengembangan lebih lanjut, sudah semestinya  kita harus mengetahui keunikan dan kekhasan dari buah ini, sehingga kita dapat mengetahui poin mana yang dapat kita kembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun