Mohon tunggu...
Darmawati Majid
Darmawati Majid Mohon Tunggu... -

Living in the moment. Love to read, write, and travel

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjadi Ibu

15 Agustus 2014   18:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Ibu

Hidupku empat tahun ini berubah 180®. Dari seorang gadis pekerja dengan pengetahuan rumah tangga yang sama sekali nol menjadi seorang Ibu. Ibu dari dua gadis cilik yang kini tumbuh dengan sehat, alhamdulillah. Setiap bertemu teman-teman dari luar daerah,di antara mereka selalu ada yang nyeletuk, “wah, nggak nyangka ya, Ma. Dari tubuh semungil itu bisa keluar anak, dua lagi. Anak-anak punya anak, hahaha.” Tinggi saya memang hanya 152 cm dengan perawakan kecil. Saya hanya tersenyum. Kadang terselip perasaan bangga, kadang pula takut. Membayangkan tanggung jawab sebesar itu. Tapi, setelah itu saya selalu berusaha membesarkan hati. Pasti Allah sudah menilai kesiapan kami sehingga mengaruniai kami putri-putri yang luar biasa seperti Silmi Kaafah Patongai (3 tahun 3 bulan), dan Ghaida Tsuraya Patongai (2 tahun tepat hari ini).

Setiap hari, rumah kami diwarnai tawa mereka berdua. Juga berantakan dengan mainan mereka yang ada di mana-mana. Di ruang tamu, di kamar mereka, di ruang leuarga. Terkadang Silmi dan Raya bercanda dan tertawa-tawa, yang seolah hanya mereka berdua yang mengerti letak kelucuannya di mana. Ada perasaan yang membuncah, haru dan bahagia dengan kesempatan luar biasa ini. Tidak terasa mereka sudah bisa diajak mengobrol tentang apa saja. Saya selalu tidak tahan melihat binar rasa ingin tahu di mata mereka setiap saya bercerita tentang apa saja, terlebih jika yang saya ceritakan adalah sesuatu yang baru bagi mereka.

Tak henti mereka membuat saya takjub. Ada saja kelakuan mereka yang membuat saya tersenyum geli. Semisal kelakuan Silmi yang meniru gaya Abinya saat menonton televisi, atau Raya yang menirukan cara berjalan saya ketika memakai hak tinggi saat ke kantor. Juga saat mereka bertanya”Bitin apa, Ummi? (Ummi sedang apa?) saat saya sedang menyiapkan sesuatu untuk mereka. Terharu ketika mereka tiba-tiba datang memeluk dan mengatakan ,”I love you, Ummi.” Apalagi saat menyaksikan mereka terlelap pulas setelah bermain seharian.

Memang tidak selalu tawa. Hari saya tidak selalu berpelangi. Kadang mumet juga ketika mereka sedang tidak akur, ketika Silmi tidak mau membagi mainan dengan adiknya. Namun, satu hal yang sangat menyenangkan adalah ketika mereka berlari menyambut kedatanganku saat pulang kantor lalu berebut dan menciumiku meski ransel kerja masih di punggung. Rasanya penat dan lelah hilang begitu saja melihat senyum dan binar bahagia di mata mereka. Neneknya yang menjaga mereka saat saya harus ke kantor hanya bisa tertawa.

Menjadi ibu, meskipun harus pusing dengan segala urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya, mungkin adalah hal terbaik yang terjadi dalam hidup saya. Terima kasih, Nak. Untuk bersedia hadir ke dunia dan melengkapi hidup kami.

#SelamatUlangTahunKedua, Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun