Mohon tunggu...
Darmawan Sigit
Darmawan Sigit Mohon Tunggu... -

Bea Cukai, author, dan observer hipnosis budaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Reformasi Birokrasi Akan Mengejutkan?

26 November 2012   09:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:39 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu hal yang bakal mengejutkan dari strategi reformasi birokrasi yang dicanangkan Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi saat ini. Setidaknya itu yang saya dan teman-teman tangkap dari diskusi dengan Wamenpan Bidang Reformasi Birokrasi, Prof. Eko Prasojo, beberapa bulan yang lalu. (Bagaimana pertemuan dan diskusi tersebut terjadi saja juga mengejutkan. Kita, saya dan teman-teman Sekolah Strategi STAN, diminta datang pada kisaran pukul 6 pagi di Kantor Kemenpan, Jakarta. Dan saat satpam bilang Pak Eko belum datang, ternyata Pak Eko sudah berada di ruangan, yang artinya mendahului kedatangan si satpam tadi.) Satu hal yang terlupa dalam proses Reformasi tahun 1998 silam adalah reformasi birokrasi. Seperti yang Anda tahu, perubahan di bidang politik dan militer belum sempurna tanpa adanya perubahan di jajaran birokrasi. Menjadi krusial karena birokrasi adalah representasi konkret dari kebijakan pemerintah bagi rakyat. Tanpa birokrasi yang becus, penyelenggaraan kehidupan sehari-hari di masyarakat kita akan tidak begitu mulus terasa. Sehingga reformasi birokrasi memang menjadi kebutuhan negara kita yang mendesak, tanpa perlu momen apapun untuk melakukannya. Dari seluruh strategi utama reformasi birokrasi Kemenpan tersebut, ada satu yang cukup mengejutkan dan bernilai strategis: dimungkinkannya mutasi pejabat eksekutif senior (eselon 1 dan 2) ke seluruh Indonesia, lintas instansi, dan berbasis kompetensi. Alasan Pak Eko adalah untuk mereduksi kepentingan politik pada pemerintah daerah. Ditengarai cukup banyak pejabat eksekutif senior di pemda yang merupakan “jatah politis”. Jadi, ke depan, pejabat eselon 2 da 1 bisa moving ke manapun di Indonesia, di instansi manapun. Pengisian posisi pun direncanakan akan open bidding, terbuka bagi PNS manapun yang memiliki kompetensi dan syarat yang diperlukan. Saat diskusi berjalan, disadari bahwa strategi ini akan menemui kendala. Tentu bijaknya moving tersebut hanya dilakukan antar pemda, tidak melibatkan instansi vertikal. Lalu moving ini juga akan menemui benturan kapasitas yang tidak berimbang antar daerah. Saya tidak mengatakan kalau di Jawa itu pasti lebih bagus dari luar Jawa (karena saya pernah menemui lebih dari satu pejabat daerah di Pulau Jawa yang tidak mengetahui apa itu e-mail !!). Hambatan berikutnya tentu beban fiksal, ekonomis atau tidak, karena rencananya gaji dan tunjangan para pejabat itu akan ditanggung oleh pemerintah pusat. Nah, masukan saya tentu saja perlunya konsep dasar yang jelas terlebih dahulu tentang arah reformasi birokrasi. Tujuan direformasi, ingin birokrasi menjadi seperti apa? Itu yang perlu ditentukan dulu. Tentu tidak perlu muluk-muluk, yang penting konkret, jelas, dan bisa dimengerti oleh orang awam. Ketidakjelasan ini masih menghinggap karena saat ini ada 9 strategi besar reformasi birokrasi dari Kemenpan, dan tidak semuanya mengarah kepada muara besar yang sama. (Lain kali kita bahas 

:)
:)
) Berikutnya tentu adalah reformasi budaya birokrasi. Reformasi ini jelas lebih holistik dan perlu persiapan kultural dari jajaran birokrat itu sendiri. Setidaknya reformasi birokrasi yang dijalankan sekarang sepatutnya sejalan dalam reformasi budaya tersebut. Saat ini cukup banyak persoalan budaya dan nilai-nilai dalam birokrasi (yang keduanya tidak tampak, tapi bisa dirasakan) yang perlu dibenahi. Seperti misalnya, sulitnya birokrasi berubah tanpa adanya rangsangan dari luar. Meskipun sangat pandai merangkai kalimat visi yang indah, tetapi secara konkret birokrasi kesulitan berjalan dengan arah yang pasti. Ini permasalahan identitas yang membuat birokrasi menjadi organisasi yang terus-menerus terlihat memusingkan. Dan masih banyak hal lainnya. PR besar berikutnya adalah perlunya perhatian masyarakat terhadap transformasi birokrasi, yang saat ini terdengar masih kurang. Bagaimana pendapat Anda? Referensi : beacukai.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun