Mohon tunggu...
darmawan denassa
darmawan denassa Mohon Tunggu... -

Ketua The Gowa Center (TGC), pendiri Rumah Hijau Denassa (RHD)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Silajara, Silayara, Selayar

17 Januari 2015   04:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:59 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai warga Indonesia yang berdomisili di Sulawesi-Selatan (Sulsel) saya termasuk orang yang tak nyaman menjawab pertanyaan “sudah pernahkan  ke Toraja, Bira,  Malino, Selayar, dst (menyebut nama-nama tempat populer di Sulsel)”  jika pertayaan itu harus saya jawab ‘belum’ apa lagi jika yang mengajukan pertanyaan warga yang berdomisili di luar Sulsel. Rasa tak nyaman akan semakin berat  jika pertayaan itu  di ajukan warga dari negara lain.

Sejak kecil saya punya mimpi mengunjungi seluruh wilayah, minimal kabupaten, di Sulsel termasuk yang menjadi wilayah yang menjadi bagian dari Sulawesi Barat saat ini.  Hingga  tahun 2013 Selayar menjadi satu-satunya kabupaten yang belum saya kunjungi di Sulsel. Kisah tentang perairannya, gurita raksasa penjaga selatnya, buah kelapa, dan jeruknya yang khas telah menjadi bagian yang tumbuh dalam diriku sejak masa kanak-kanak.

Hingga untuk pertamakali saya menginjakkan kaki di Pulau Selayar (18/11/2013), setelah  hidup 37 tahun di Sulsel. Tapi saya masih berbangga, sebab saya tahu pasti masih banyak warga Sulsel lain yang belum berkunjung ke sini. Saya tahu pasti, ribuan, ratusan ribu, bahkan lebih warga Sulsel lain menyimpan mimpi dapat mengunjungi  Cedaya, Silajara, Silayara, Silaiyara, atau Selayar namun mimpi itu  belum  bisa mereka wujudkan.

Selain mewujudkan mimpi, kedatangan saya untuk pertama kali ini untuk menunaikan mandat lembaga (The Gowa Center) menemukan warga luar biasa dari berbagai aktifitas di berberapa wilayah termasuk yang ada di Tanah Doang. Mereka mungkin ibu rumah tangga, penunggang ombak,  pencari kenari,  penanam  kelapa, pejaga jeruk, kader pemberdayaan warga,  relawan posyandu, atau  dia seorang kepala desa. Siapa saja yang menjawab tantangan yang dihadapi dengan mengoptimalkan aset-aset lokal. Siapa saja yang mendorong serta  memberi ruang dan peluang pada warga miskin, marginal, pemuda, dan perempuan agar berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan di wilayah mereka.

Sehari di sini saya telah menemukan informasi  baru tentang Cedaya, nama selayar dalam Negarakertagama. Data baru bagi saya tapi sudah menjadi kenyataan lama di sini.

Tahukah Anda Selayar dan gugusan pulau yang menjadi wilayah administratifnya  bukan lagi bernama Kabupaten Selayar tapi telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2008 menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar.

Tahu Anda selain Gong Nekara dan  Taman Nasional Taka Bone Rate yang masyhur itu, disini  Anda akan menemukan banyak pohon Kenari (Canarium indicum) dimana inti buahnya dijadikan tenteng, makanan populer di Sulsel dengan bahan kacang dicampur gula (pasir atau merah), disini juga banyak pohon Melinjo (Gnetum gnemon) dimana bijinya ditumbuk jadi emping, serta jangkar raksasa. Tahukah Anda  kabupaten Kepulauan Selayar berulang tahun tanggal 29 Nopember dihitung sejak tahun 1776 didasari atas tahun yang tertulis pada sebuah pedang yang saat ini ada di Gantarang sebagai penanda waktu masuknya Islam. Tahukah Anda di perairan Selayar terdapat banyak situs harta karun berisi benda-benda antik peninggalan pelayaran berabad-abad silam?

Dan tahukah Anda, disini  masih dengan mudah melihat atap teba atau cippe atap bangunan (rumah dan lumbung) yang terbuat dari bambu Parri. Informasi ini menjadi awal baik menemukan fakta-fakta lain di  Cilea nama yang berikan orang Spayol pada pulau yang melitang ke seletan diujung bawah huruf K Sulawesi ini.

Di hari pertama kedatangan saya juga  telah sukses mengumpulkan informasi orang-orang biasa yang menjadi champion, sebagai pelengkap data yang telah ada, untuk saya temui dan wawancarai, serta nama kampung dan lokasi tempat-tempat yang akan saya kunjungi untuk didokumentasi.

Semoga hari-hari selanjutnya menemukan lebih banyak informasi, data, dan fakta baru sehingga besok lusa jika ada yang bertanya ‘pernahkan Anda ke Selayar?’ maka saya akan menjawab ‘sudah’ bukan hanya dengan mantap tapi dengan mata berbinar. Karena selain bisa bercerita tentang tanah ini saya bisa menyampaikan kisah-kisah inspiratif tentang mereka. Semoga setelah mendengar atau membaca kisahnya, energi Anda semakin kuat untuk mewujudkan mimpi menemui lambaian nyiur dan pesona pasir putih yang setia menjaga pantai-pantai di Silayara (nama yang kami berikan).

Semoga suatu hari Anda diberikan rezki  ikut merasakan sensasi mengunjungi pulau ini.  Sungguh sensasinya telah terasa sejak memasuki pintu gerbangnya,  saat kapal fery yang berangkat  dari pelabuhan Bira mulai merapat di Pamatata pelabuhan di Selayar. Dari atas fery kita sudah akan melihat hamparan pantai berpasir putih tidak jauh dari dermaga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun