Mohon tunggu...
Darmawan Tri Pangestu
Darmawan Tri Pangestu Mohon Tunggu... Administrasi - CPNS Setjen DPR RI

Mempunyai kapasitas di bidang kepenulisan dan desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi dan Internalisasi Nilai Bela Negara di Era Society 5.0

23 Juli 2024   18:40 Diperbarui: 23 Juli 2024   18:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup di tengah dinamika masyarakat yang majemuk dan plural, mengharuskan kita untuk mengedepankan pemikiran inklusif dan pendekatan toleran dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Penting bagi kita untuk memahami, bahwa bangsa Indonesia dibangun dari sebuah proses dan sejarah panjang dengan melibatkan tokoh-tokoh penting di dalamnya. Sejalan dengan hal tersebut, pluralitas bangsa ini sejatinya membawa kita pada sebuah langkah dilematis yang begitu jelas, kemungkinan munculnya pandangan dan perspektif yang beragam bermuara pada sebuah pertanyaan "Apakah itu negatif atau positif?". Keberagaman suku, ras, budaya dan kepercayaan, sebenarnya menunjukkan sisi positif bahwa Indonesia itu kaya, namun lebih dari itu, akan ada probabilitas timbulnya pemikiran-pemikiran yang menyimpang atau bahkan menjerumuskan pada benturan-benturan ideologi tertentu. Saat ini kita berada pada era society 5.0, di mana ini merupakan era saat teknologi merupakan bagian yang melekat dari kehidupan manusia, internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan. 

Era society 5.0 adalah era kedewasaan teknologi dan kemanusia yang terpadu, membentuk sebuah tataran kehidupan yang modern. Dalam masyarakat 5.0, komponen utama dari upaya bela negara adalah manusia, yang melalui kemajuan teknologi mampu menciptakan nilai-nilai baru untuk mencapai tujuan yang lebih luas seperti mempertahankan eksistensi bangsa dan negara, melakukan yang terbaik untuk bangsa, serta menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Karena pada kenyataannya, ide atau konsep bela negara dapat diaplikasikan secara virtual atau digital melalui upaya bela negara. Peradaban sebuah bangsa dipengaruhi oleh kualitas peradabannya. Di era 5.0 saat ini, teknologi telah tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang menganggap teknologi sebagai penunjang kemajuan peradabannya. Penggunaan teknologi tidak lagi menjadi sesuatu yang umum, melainkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang. Teknologi menjadi penting dalam semua bidang kehidupan, termasuk Pendidikan.

Berbicara mengenai sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, sepak terjang para pahlawan mendorong kita, generasi yang hidup di era kemerdekaan ini. untuk senantiasa 'merawat' sejarah tersebut. Sangat penting untuk memahami, mencermati dan mengaktualisasikan wawasan kebangsaan sebagai akumulasi proses sejarah yang terdokumentasi dengan baik. Perjalanan panjang menuju kemerdekaan membawa sebuah semangat baru bagi generasi modern untuk menanamkan spirit para pahlawan dalam menghadapi tantangan yang volatile secara agile. Mengingat, perubahan pada hakikatnya menjadi satu kesatuan dalam sebuah perjalanan peradaban manusia, maka sangat penting untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan akan perkembangan dan perubahan lingkungan stratejik dalam tataran makro yang melingkupi pemahaman mengenai Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia.

Bela negara dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku, sikap maupun tekad dari warga negara baik secara individual maupun kolektif untuk menjaga keutuhan wilayah, kedaulatan negara serta keselamatan bangsa dan negara dengan dijiwai kecintaannya kepada NKRI. Bela negara menjadi pemersatu ideologi, karena membawa kemajemukan pemikiran dan perbedaan latar belakang masyarakat kedalam satu garis dan tujuan, yakni menjaga dan mencintai bangsa Indonesia. Selain itu, bela negara dapat dimaknai sebagai sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau perjanjian sosial tentang terbentuknya suatu negara. Pandangan tokoh-tokoh penganut kontrak sosial, negara dinilai terbentuk karena keinginan dan harapan dari warga negaranya untuk dapat melindungi hak dan kewajibannya dalam mendukung kehidupan bermasyarakatnya agar dapat tercipta hubungan yang damai, tentram dan harmonis. Mengingat setiap warga negara mempunyai kepentingan masing-masing, yang bisa jadi mampu menimbulkan konflik kepentingan di tengah masyarakat, sehingga, negara hadir sebagai suatu kesepakatan warga negara untuk melindungi hak dan kewajibannya, serta didasari dengan satu visi untuk bersama-sama membela dan menjaga kedaulatan bangsa.

Kendati demikian, kemungkinan timbulnya pandangan dan ideologi baru dari kemajemukan Masyarakat, yang mana apabila ideologi tersebut bermuara pada perpecahan, maka sangat penting bagi kita untuk membentengi diri dengan wawasan kebangsaan yang baik beserta kemampuan bela negara yang mumpuni. Kompleksitas permasalahan kebangsaan saat ini menjadi pengingat bagi kita untuk memantapkan wawasan kebangsaan serta menumbuhkembangkan kesadaraan akan bela negara, sesuai dengan amanat UUD 1945 untuk merealisasikan cita-cita dan tujuan nasional. Selain itu, Kesadaran untuk membela negara di kalangan generasi milenial menunjukkan penurunan. Banyak dari mereka cenderung menganggap budaya Barat lebih modern daripada budaya lokal. Khususnya di kalangan mahasiswa dan pelajar, terlihat banyak yang meniru budaya Barat dalam sikap, berpakaian, berbicara, dan gaya hidupnya, menggeser budaya lokal. Perubahan ini terjadi tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pedesaan. Konsep bela negara dalam tulisan ini mencakup kesediaan untuk berbakti pada negara dan siap berkorban untuk membela negara, yang diadaptasi sesuai dengan situasi dan ancaman yang dihadapi, baik dari dalam maupun luar, baik militer maupun non-militer. Pada intinya, setiap warga negara diharapkan berusaha maksimal untuk mencintai dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia menunjukkan bahwa para founding fathers selalu mengarusutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi maupun golongan, ideologi seperti ini yang harus selalu dijaga dan diinternalisasi oleh generasi saat ini. Pengetahuan akan konsensus dasar seperti bendera, lambang negara maupun bahasa harus dipahami secara mendalam sebagai instrumen inti kedaulatan bangsa Indonesia. Di samping itu, hal ini harus di lestarikan secara berkelanjutan oleh generasi muda saat ini, misalnya dengan bertutur kata yang baik serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, fenomena trend penggunaan bahasa Indonesia yang seringkali dipadukan dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris seakan secara perlahan menggradasi hakikat dan kemurnian bahasa Indonesia. Sehingga, salah satu core value Bela Negara untuk cinta dan melestarikan bahasa kebangsaan, bahasa Indonesia merupakan suatu hal yang harus ditanamkan pada generasi muda di era sekarang.

Di samping itu, penanaman kewaspadaan dini juga merupakan salah satu hal yang mesti dilakukan. Hal ini menyangkut kewaspadaan warga negara terhadap berbagai potensi dan ancaman, termasuk konflik sosial. Setiap warga negara diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman. Pada dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara tentu tidak akan terlepas dari adanya gesekan maupun benturan kepentingan antar golongan maupun kelompok yang dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta kelangsungan hidup bangsa.

Demikian sejalan dengan makna konsep bela negara modern, yang mendefinisikan kembali bagaimana proses bela negara masa kini serta upaya untuk mengatasi berbagai ancaman dan tantangan yang hadir di era sekarang yang seringkali dilatarbelakangi oleh persoalan lingkungan strategis dan politis. Mengingat saat ini, kita mempunyai empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Selain itu, sangat penting untuk dapat mengerti identitas bangs akita secara menyeluruh mulai dari bahasa, bendera, lambing negara serta lagu kebangsaan, Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada era society 5.0 ini, teknologi memberikan peluang yang besar untuk melakukan berbagai hal, tak terkecuali dalam proses perwujudan bela negara. Akselerasi teknologi dapat membantu proses pelaksanaan bela negara menjadi lebih optimal, seperti misalnya dengan melakukan kampanye bela negara di berbagai platform seperti Podcast, Video on Demand, Virtual Reality, hingga membangun platform Metaverse tersendiri untuk merealisasikan gagasan bela negara tersebut. Sebagai contoh dalam lingkup Virtual Reality, menjadikan Virtual Youtuber sebagai alat untuk mempromosikan serta melestarikan budaya Indonesia kepada khalayak luas. Virtual Youtuber merupakan artis/entertainer berbentuk virtual dan berbasis online.

Contoh lainnya adalah dengan memanfaatkan Video on Demand, Podcast, hingga Sosial Media untuk menjalankan ide dari Bela Negara itu sendiri. Misalnya, membuat podcast soal pembahasan sejarah perang kemerdekaan, Video on Demand yang membahas soal bagaimana mata-mata untuk Republik Indonesia berjuang menghadapi musuh yang tak kasat mata, dan lain sebagainya. Sangat disayangkan bila melihat kondisi saat ini, di mana kita lebih banyak memanfaatkan sosial media untuk kegiatan yang kurang penting,  Padahal dengan memanfaatkan sosial media dengan baik, kita dapat turut menyebarkan pengaruh baik tentang pentingnya bela negara serta saling sharing knowledge tentang wawasan kebangsaan. Padahan di Negara-negara lain sudah mulai memprioritaskan kebutuhan non-fisik atau digital dalam membantu merangkai struktur pertahanan negara untuk tetap eksis. Mengingat bukan suatu hal yang tidak mungkin dengan potensi bonus demografi serta generasi milenial yang dimiliki, Indonesia juga mulai mengembangkan cara untuk memperkuat dan mempromosikan budayanya lebih jauh lagi dalam bentuk lain memanfaatkan kemajuan teknologi yang santun dan berbudaya. Hal ini akan dapat memperkuat sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan rasa memiliki NKRI yang lebih mendalam lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun