Mohon tunggu...
Darmawan bin Daskim
Darmawan bin Daskim Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang petualang mutasi

Pegawai negeri normal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Tak Selamanya Sisa Itu Lebih Sedikit

11 Mei 2021   12:32 Diperbarui: 14 Mei 2021   03:00 1919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi adil. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Selain nasi jamblang, serabi, tahu petis, bubur sop ayam, dan empal gentong, kuliner yang seakan "wajib" kami sekeluarga nikmati setiap berkunjung ke Kota Cirebon adalah bakso.

Bukannya di tempat kami tinggal tidak ada bakso yang enak, hanya saja rasanya bakso langganan kami di Cirebon ini selalu bikin kangen. Apalagi kalo bicara bakso, istriku agak-agak rewel, tak mudah mendapatkan nilai tinggi dari lidah dia, he he he. Iya kan, Sayang?

Siang itu sebelum masuk waktu dzuhur kami sekeluarga meluncur ke Bakso Apotek Kejaksan Pak Gun yang terletak di Jalan Kartini persis seberang Yogya Junction, di tengah-tengah pusat Kota Cirebon.

Hawa khas Cirebon yang panas di siang itu makin menggugah selera nyantap bakso dengan komposisi lengkap mie, bihun atau soun, bakso sapi besar, bakso sapi kecil, kuah kaldu, dan sayuran. 

Selain sambal, saus, kecap, garam, lada, dan cuka, di meja makan tersedia juga lontong dan kerupuk putih. Lontong? Iya betul lontong sebagai pengganti nasi, sangat cocok untuk makan siang. Untuk minumnya standar tersedia pilihan teh tawar, teh manis, dan teh botol.

Satu lagi penambah nikmat "surga dunia", sebagai dessert tersedia es durian. Buah durian dibalut es krim dilumuri sirup merah rasa pisang susu cap Tjampolay, khas Cirebon sangat pas untuk menutup "ritual" makan bakso di siang hari.

Tak perlu menunggu lama setelah memesan, 4 porsi bakso yang kami tunggu-tunggu terhidang di atas meja. Diawali doa, kami berempat segera menyantap jatahnya masing-masing. 

Karena paginya memilih tidak sarapan, saya dan istri mengambil 1 potong lontong masing-masing untuk direndam dalam mangkuk bergabung bersama kuah kaldu, bakso sapi, dan sambal. 

Lain halnya dengan anak pertama kami yang perempuan dan anak kedua kami yang laki-laki, mereka tidak menambahkan lontong ke mangkuknya karena paginya sudah sarapan bubur sop ayam.

dokpri
dokpri
Sesaat proses makan berlangsung, istri berucap, "Bakso belum habis, alhamdulillah sudah kenyang." Seketika anak kedua kami yang duduk di kelas 5 SD segera melirik mangkuk bakso mamahnya. 

Di situ terlihat jelas bakso sapi besar masih tersisa 1 butir dan bakso sapi kecilnya tersisa 2 butir. Berarti istri hanya makan 1 butir bakso sapi besar dan 2 butir bakso sapi kecil.

"Mah, buat aku ya?" gesit anak kedua kami bertanya. "Iya," jawab mamahnya.

Tak lama anak pertama kami yang sudah kuliah tahun pertama pun berucap, "Nih Dek, punya Kakak juga abisin, kenyang euy." Makin cerah saja raut muka anak kedua kami. Dari kakaknya, dia dapat sisa 3 butir bakso sapi kecil.

Tidak mau ketinggalan menjadi orang yang memberi kepada yang membutuhkan, saya pun sengaja menyisakan 2 butir bakso sapi kecil. "Abisin punya Papah juga nih," senyum saya berucap kepada anak kedua.

Dihitung-hitung, anak kedua kami mendapatkan tambahan 1 butir bakso sapi besar dan 7 butir bakso sapi kecil sehingga total bakso sapi yang dia makan adalah 3 butir bakso sapi besar dan 11 butir bakso sapi kecil. Wow!

Meski sisa, ternyata yang didapat jauh lebih banyak. Tak Selamanya Sisa itu Lebih Sedikit.

Dalam ilmu waris, mawaris, atau faraidh juga dikenal istilah sisa yang tak selamanya jumlah nominalnya lebih sedikit.

Untuk membagi harta warisan, ada pihak yang dihitung porsinya terlebih dahulu dan ada pihak yang dihitung belakangan.

Pihak yang dihitung duluan istilahnya ashabul furudh. Hitungannya berupa pecahan 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 2/3. Pecahan tersebut sudah ditetapkan langsung di Al Quran, As Sunnah ataupun kesepakatan ulama (fardh).

Misalnya seorang istri meninggal dunia meninggalkan harta warisan kepada ahli warisnya, yaitu suami dan seorang anak laki-laki. Maka suami mendapat harta warisan dari harta istri sebesar 1/4 dari total harta istri yang ada.

Setelah suami sebagai pihak yang duluan dihitung porsinya, barulah sisanya atau istilahnya ashabah. Dalam contoh kasus di atas, pihak yang dihitung jatahnya berdasar ashabah adalah anak laki-laki.

Seandainya istri yang meninggal dunia tadi meniggalkan harta warisan sebuah rumah yang bila dirupiahkan adalah Rp400.000.000,00, maka suami mendapat = 1/4 x Rp400.000.000,00 = Rp100.000.000,00. 

Sedangkan anak laki-laki mendapat sisanya = Rp400.000.000,00 -- Rp100.000.000,00 = Rp300.000.000,00.

Sama halnya dengan sisa bakso sapi yang didapat anak kedua kami pada ilustrasi di atas, jatah harta warisan yang didapat seorang anak laki-laki tadi ternyata nominalnya jauh lebih besar dari yang didapat ayahnya.

Besarnya nominal yang diterima pihak ashabah bergantung pada berapa banyak harta yang diambil jatahnya oleh pihak ashabul furudh, bila pihak ashabul furudh banyak, maka nominal yang diterima pihak ashabah menjadi kecil.

Juga bergantung pada berapa banyak pihak ashabah. Bila pihak ashabah-nya adalah 6 anak laki-laki, maka masing-masing anak laki-laki mendapatkan = Rp300.000.000,00 : 6 = Rp50.000.000,00. Nominal yang lebih kecil dari yang didapat ayah.

Makin banyak pihak, makin kecil bagian yang didapat. Pun bila makin banyak istri, makin kecil pula jatah warisan harta yang bakal diterima masing-masing istri tersebut. Tak mengenal itu istri tua ataupun istri muda, jatah warisannya sama. Jadi? Masih mau nambah? He he he

Wallahu a'lam bishshawab

Ditulis pada 2 hari sisa Ramadhan 1442 Hijriah. Semoga bermanfaat dan menjadi catatan amal bagi yang membaca dan yang menuliskannya, aamiin. Mohon maaf atas salah atau bila tak berkenan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun