“Seorang raja besar bersedia menekuk leher, menundukkan wajah untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada bawahannya. Itulah yang luar biasa.”
Sepenggal dialog yang diambil dari video youtube Serial Sandiwara Radio “Tutur Tinular” episode “Pelangi di Atas Kurawan” seri 001-006.
Dua kalimat di awal diucapkan oleh seorang prajurit kerajaan kepada seorang rekan prajurit lainnya. Ucapan respect prajurit kepada raja yang telah bersedia mengucapkan terimakasih terima kasih langsung kepada bawahannya.
Ucapan prajurit tadi cukup menggambarkan suasana kebathinan ideal yang dirasakan para bawahan termasuk prajurit kerajaan.
Obrolan bawahan mengenai atasan di warung kopi cenderung lebih benar apa adanya dibanding pengisian survei penilaian bawahan kepada atasan yang lewat aplikasi itu.
Entah sejak kapan Penulis terbiasa mengucapkan terima kasih kepada istri dan anak-anak, perkara receh maupun tidak. Di meja makan rumah, rutin Penulis ucapkan terima kasih sesaat selesai makan bersama istri dan anak-anak, “Terima kasih Mamah, terima kasih Kakak, terima kasih Adek.” Diikuti ucapan yang senada dari istri dan anak-anak.
Tak terbiasa dengan sikap tidak berterima kasih yang bisa jadi karena khilaf sedang terburu-buru atau sibuk, bungsu protes setelah mengambilkan minuman buat kakaknya, “Mah, Kakak tuh gak terima kasih ke aku.”
Abis makan aja aku mah terima kasih ama istri, apalagi abis yang lain.
Tulisan receh 3,5 jam menjelang waktu berbuka puasa WIT WIB WITA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H