Mohon tunggu...
Darmata Nm
Darmata Nm Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pascasarjana Universitas Indonesia

Penggemar K-Pop sejak 2011

Selanjutnya

Tutup

Music

Free Labour Ze_Rose Indonesia dalam Konten Pre-debut Zerobaseone

20 Oktober 2023   10:18 Diperbarui: 20 Oktober 2023   10:36 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Idol K-Pop

Korea Selatan dikenal sebagai negara yang telah mencapai kemajuan dalam mempromosikan produk budaya populernya dalam skala global, salah satunya berasal dari industri musik dan industri hiburan. Fenomena global ini disebut juga sebagai Hallyu atau Korean Wave yang dimulai sejak tahun 1990-an (Kanozia & Ganghariya, 2021; Kim, 2019). Popularitas budaya K-Wave telah menyebar ke seluruh dunia. Organisasi Korean Foundation (KF) mencatat bahwa penggemar K-Wave di 116 negara mencapai jumlah 156,6 juta pada 2021 (KBS World Indonesian, 2022).

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena fenomena K-Wave dan telah meningkat popularitasnya dalam 10 tahun terakhir (Triadanti, 2019). Di sisi lain, Indonesia juga tercatat sebagai negara yang memiliki penggemar K-Pop dan juga membahas K-Pop terbanyak di sosial media X (Twitter) pada tahun 2021 (Anonim, 2022; Alifah, 2022). Dengan kemudahan teknologi pada saat ini, berbagai artis seperti boygroup, girlgroup, atau band yang telah lama debut atau baru debut muncul setiap tahun dengan beragam lagu dan performance di atas panggung. Tak hanya itu, beragam konten mengenai idol juga dihadirkan di akun resmi dalam situs seperti YouTube untuk menarik minat para penggemar.

Partisipasi Penggemar Zerobaseone

Adanya perilisan konten mendorong kapasitas penggemar online untuk terlibat, bekerja sama dan menjalin ikatan dengan idola dan penggemar lainnya (Kim & Kim, 2017). Penggemar juga secara bebas mengekspresikan diri sebagai penggemar, salah satunya menuangkan kreatifitas yang dimiliki berkaitan dengan idola mereka di sosial media (Dinar et al, 2022). Penggemar telah mulai membuat konten sendiri dengan aksesibilitas produksi yang tersedia (Kanozia & Ganghariya, 2021). Namun, terdapat kemungkinan bahwa kreatifitas penggemar dalam membuat sesuatu akan mengaburkan batas antara produsen dan konsumen dalam industri kreatif. Bentuk dari kerja kreatif yang dilakukan penggemar juga menimbulkan dampak negatif, seperti ketidakpastian, mengeksploitasi diri, dan tidak dibayar dengan layak (Flew, 2013 dalam Sun, 2020).

Salah satu boygroup yang akan merilis mini album pada bulan Juli 2023 adalah Zerobaseone atau disingkat sebagai ZB1. Zerobaseone dibentuk oleh sebuah program survival Mnet berjudul Boys Planet dan beranggotakan sembilan orang. Zerobaseone telah dijadwalkan untuk melakukan debut resmi pada 10 Juli dan akan beraktivitas selama dua tahun enam bulan (Nelsy, 2023). Sebelum debut, Zerobaseone tidak banyak memiliki konten resmi, sehingga penggemar Zerobaseone yang bernama Ze_Rose telah membuat beragam konten dan banyak menyarankan ide baru. Lalu, saat talk show pertama Zerobaseone setelah final Boys Planet ditayangkan, salah satu anggota menyebut julukan yang banyak diketahui oleh penggemar di X (Twitter). Hal ini kemudian menimbulkan kehebohan bagi para penggemar.

Usai kejadian tersebut, terjadi sebuah fenomena dari meme yang diciptakan penggemar yaitu “Jebewon is watching” (ZB1 dalam bahasa Korea diucapkan sebagai Jebewon) sebagai pengingat bahwa anggota memantau kegiatan penggemar di sosial media. Namun, tak hanya itu, dalam konten resmi Zerobaseone seperti live ulang tahun di Instagram dan cuplikan reality show juga ditemukan penggunaan preferensi yang sama dengan postingan penggemar Indonesia di X (Twitter). Dengan berdasarkan penjabaran pada latar belakang kasus, analisis ini akan dilakukan terkait keterlibatan penggemar Indonesia melalui konten resmi Zerobaseone dengan konsep free labour yang digagas oleh David Hesmondhalgh, kemudian didukung oleh konsep produsage sebagai salah satu klaim dalam digital optimist yang juga digagas Hesmondhalgh.

Free Labour dan Produsage

Dalam pemikiran industri budaya di era digital, banyak perusahaan yang semakin melibatkan pengguna dan juga konsumen mereka (Hesmondhlagh, 2010). Hal ini sejalan dengan Beverungen et al (2015), dimana kapitalis semakin bergantung pada tenaga kerja yang tidak dibayar dan diawasi secara tidak langsung melalui jarak jauh. Karena sifatnya, free labour didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tanpa bayaran, serta dimanfaatkan dan diuntungkan (Jin, 2015).

Memanfaatkan kreativitas, mempekerjakan profesional untuk mengelolanya, dan kemudian memutuskan bahwa kreativitas harus menjadi bagian dari produksi budaya merupakan kontribusi free labour dalam industri budaya (Hesmondhalgh, 2010).  Menurut Terranova (2004), free labour dilihat sebagai sumber nilai penting, namun nilai ini tidak dihargai dalam masyarakat kapitalis maju. Free labour di era digital dapat berupa pengembangan situs web, modifikasi perangkat lunak, berkontribusi terhadap grup diskusi di internet, hingga membentuk ruang virtual (Hemondhalgh, 2010).

Di sisi lain, perkembangan digitalisasi menurut Hesmondhalgh (2010) telah memunculkan fenomena produksi amatir dan semi profesional dalam bentuk Blog, Wikipedia, citizen journalism, dan permainan yang interaktif.  Pada klaim digital optimist, Bruns (2008) dalam Hesmondhalgh (2010) memandang produksi dan konsumsi sebagai konsep kuno dalam era digital yang memiliki kemudahan dalam akses informasi. Sistem komunikasi peer-to-peer dan many-to-many digunakan untuk menghindari organisasi yang tradisional. Kemudian, konsumen dinilai dapat menjadi produsen dan distributor budaya, di mana menghasilkan bentuk baru sebagai produsage (production dan use).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun