Mohon tunggu...
Darma One
Darma One Mohon Tunggu...

english teacher of special school for special purpose

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bertemu Hantu Pocong

30 Juni 2010   12:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:11 7903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari beberapa hari ini, saya ingin sekali meluangkan waktu untuk menuliskan kisah nyata yang dialami kakak kandung saya. Kisah ini adalah cerita waktu kakak saya menduduki bangku Sekolah Dasar. Dan kenangan ini tidak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.

Kejadian itu tepatnya terjadi di samping rumah kami. Rumah yang penuh dengan tanda tanya dan misteri. Rumah bekas markas besar komplotan G 30 S PKI, dan rumah itulah tempat dimana mereka (maaf) dibantai satu persatu, sungguh kisah yang sangat menyeramkan dan sangat tak terlupakan.

[caption id="attachment_181572" align="aligncenter" width="234" caption="www.google.com"][/caption]

Sejak itu, rumah itu menjadi rumah paling angker di desa saya. Rumah itu sangat luas halamanya, kiri dan kanan banyak pohok pisang yang sangat tak terawat, sementara di depan rumah itu terdapat dua pohon seri yang sangat rimbun dan besar. Dan tepat di pojok depan rumah itu terdapat pohon sukun yang sangat besar dan lebat buahnya. Pohon itu sangat terkenal dengan ke angerannya. Banyak sekali cerita-cerita yang menyeramkan mengenai pohon sukun itu. Ada cerita yang pernah bertemu kuntilanak duduk di salah satu cabang pohon itu. Ada juga cerita pernah bertemu gendruwo, tuyul sampai sampai bertemu pocong. Wah wah jadi merinding nie kalau membayangkan pohon itu.

Rumah itu sangat tidak terawat walaupun ada seorang ibu tua yang meninggalinya. Kata ibu saya, setelah (maaf) pembantaian itu, ibu yang meninggali rumah tersebut jarang keluar rumah lagi, dikarenakan kebencian yang mendalam terhadap warga desa yang telah membunuh suaminya. Dan kadang ketika ibu itu keluar rumahnya anak-anak kecil memangilnya dengan sebutan orang gila.

Rumah itu nampak sangat gelap, hanya ada satu lampu di teras menerangi halamanya yang sangat luas.

Masih teringat sangat jelas kejadian itu, kejadian yang membuat kakak saya mengalami trauma yang sangat mendalam.

[caption id="attachment_181573" align="aligncenter" width="300" caption="www.google.com"][/caption]

Waktu itu selepas sholat isya, kakak saya bergegas keluar rumah membeli minyak tanah dengan sebuah jurigen di tangan kanannya. Dengan mengajak beberapa temanya mereka berlari lari kecil ke sebuah warung penjual minyak gas.

Di perjalanan pulang kakak saya berpisah dengan teman-temannya dan melewati rumah angker itu, seperti biasanya. Tapi pada waktu itu ada yang lain, terdengar suara yang sangat keras jatuh dari pohon sukun itu. Dengan spontan kakak saya langsung lari mengejar dan mencari buah sukun itu. Setelah beberapa menit kemudian, ketika kakak saya melihat buah sukun itu. Kakak saya mulai mendekat dan mendekatinya. Mendadak buah itu mengeluarkan asap yang sangat tebal dan terlihatlah sosok hantu pocong di depan matanya. Dengan sangat panik dan perasaan sangat ketakutan kakak saya lari, tapi anehnya kakak saya hanya bisa lari ditempat saja. Sesampai di rumah kakak saya menangis sambil memeluk nenek saya. Setelah beberapa jam kemudian kakak saya menceritakan kejadian itu dengan ketakutan.

[caption id="attachment_181574" align="aligncenter" width="174" caption="www.google.com"][/caption]

Dan trauma itu sampai sekarang belum bisa hilang dari pikiran kakak saya. Dimanapun kakak saya tidur, syarat utama adalah menyalakan lampu kamar tidur karena kakak saya sangat benci kegelapan.

Itulah cerita nyata kakak saya bertemu dengan hantu pocong

Bagaimana dengan cerita anda?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun