Sore yang redup terasa semakin redup karena rimbunya kontrakan di kampung kramat di Cikarang, Ngatini masih membersihkan teras rumah kontrakan yang tak terasa sudah empat tahun ia tempati beserta keluarga kecilnya.
Sampai sekarang Ngatini dan Darji dengan keluaga kecilya belum mampu mengajukan kredit rumah yang harganya sudah di subsidi oleh pemerintah, meski ia hanya bermodal DP 15juta hingga akad kredit, tetap saja Darji belum mampu mengumpulkan uang sebanyak itu.
"Bu itu di kamar mandi si pocong lagi mandiin akannya", tanya Bagas.
"Udah biarin aja" sahut Ngatini pendek.
Sudah lama pocong itu terlihat oleh Nagtini dan Bagas namun tak di hiraukan dan tak sedikitpun Ngatini takut juga Bagas. Mereka berdua memang sebagai orang indigo yang biasa melihat bahkan berkomunikasi dengan makluk halus apaun bentukya, kadang ada di kontrakanya kadang ada di kontrakan sebelah dan juga terlihat oleh mpok Rini tetangga Ngatini sehingga ia ketakutan.
Nagtini membiarkan makluk pocong itu sering terlihat di kotrakanya bahkan menemani ia dan Bagas nonton TV di ruang kamar, kadang di ruang depan kadang di kamar mandi semua tak di hiraukanya di cuekinya dia dan si pocong pun tak pernah buka suara meski ia tau bahwa Ngatini dan Bagas bisa melihatnya.
Sampai sutu saat tanpa di tanya si pocong buka suara menceritakan bahwa ia ada yang punya dan tugas utamanya adalah mencuri uang dari tetangga sekitar rumah majikanya, Ngatini kaget dan tak menyanka, sontak ia mengancam si pocong " awas jangan mencuri di rumahku, aku hanya pengontrak, sana cari uang di rumah orang kaya", si pocong manggut manggut, dia juga mengaku bahwa majikanya nggak jauh dai kontrakanya hanya berjarak tujuh pintu dari kontrakan Ngatini, ia juga mengaku peliharaan turun temurun dari orang tua majikanya sekarang.
Ngatini jadi menduga duga milik siapa pocong itu dalam hati ia penasaran, kalau sekitar rumah dia yang keseharianya agak berbeda dengan yang lain, ia menduga itu milik Bu Bambang orang asli kampung kramat yang suaminya Pak Bambang asal dari Jawa tengah.
Benar saja suatu saat Ngatini belanja di warung bu Bambang dan sekilas dia meliha si pocong ada di ruang tamu Bu Bambang yang ke seharianya selalu gelap lampu tak pernah menyala di ruang tamunya padahal tidak ada fentilasi untuk masuk cahaya dari luar.
"Bu awas dia jangan di suruh ambil di rumah saya, saya hanya orang pengontrak",sambil pandan Ngatini megarah ke Pocong yang ada di ruang tamu Bu Bambang yang terlihat dari sisi warung, Bu Bambang menoleh kea rah Pocong yang ada di ruang tamu dan mukanya memerah sembatri mengucap kepada Nagtini ," Maaf iya ngak mama Bagas", Ngatini pulang tanpa kata kata.
Ternyata ada pesugihan berbentuk Pocong sebagai pencuri uang itu benar ada, namun ia hanya mampu mengambil satu lembar saja dari segepok uang, dan nilai uang yang di ambilnya sesuai contoh yang di berikan sang majikan, betapa kaya negri ini dengan berbagai macam cara untuk menjadi kaya, jika masyarakat kita taunya si pencuri uang adalah Tuyul, namun saat ini semakin banyak yang bisa di pergunakan, Tuyul bukan satu satunya alat untuk kaya dengan cara yang culas bahkan kadang memakan korban.