Mohon tunggu...
Darmawan Agil
Darmawan Agil Mohon Tunggu... -

Salah satu anggota keluarga besar PT PLN (Persero) UIP KITSUM - Medan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

U Can If U Think U Can (PLN Project, The Untold Story)

6 Oktober 2016   16:52 Diperbarui: 7 Oktober 2016   09:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Umpomo tanganku dadi suwiwi

Iki ugo aku mesti enggal bali

Ning kepriye maneh mergo kahananku

cah ayu entenono tekaku"

Potongan lirik lagu Didi Kempot itu pasti jadi lagu wajib para jomblowers sekaligus didi kempoters yang meninggalkan dambaan hati demi tugas di tanah rantau nan jauh di sana. Ini tentang kisah di pulau rantau yang bernama Tanjung Balai Karimun, salah satu pulau terluar Indonesia, 3.5 tahun yang lalu, kisah tentang sekelompok anak muda yang sedang membangun negeri di daerah perbatasan, membangun proyek pembangkit listrik tenaga uap.

Proyek PLTU Tanjung Balai Karimun 2x7 MW, dari nama proyeknya sebagian besar orang akan memandang sebelah mata selain karena kurang familiarnya nama pulau yang sejarahnya pada puluhan tahun yang lalu pernah menjadi “texas atau macaunya Indonesia”, tetapi lebih utama karena total energi listrik yang dihasilkan hanya 14 MegaWatt. Kalah jauh mentereng  dibandingkan proyek – proyek pembangkit kelas 100-an MW seperti PLTU Nagan Raya di Aceh, PLTU Teluk Sirih di Sumbar atau bahkan proyek – proyek pembangkit kelas 600-an MW di Jawa. 

Namun, apapun itu secara pribadi saya merasa sangat bangga pernah turut berperan disana karena sejarah mencatat bahwa setidaknya proyek PLTU Tanjung Balai karimun inilah proyek FTP-1 (Fast Track Program-1 ) di Sumatera yang tercepat berhasil operasi komersial (COD).  Tentunya disitulah kami mendapat pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga, tentang ilmu mekanikal, elektrikal, civil, manajemen proyek kontruksi, dan yang terpenting adalah tentang seni berkomunikasi dan berkoordinasi (sebuah ilmu yang tidak kami dapatkan di bangku kuliah).

Akhir tahun 2012, masih segar dalam ingatan saya, PLTU Tanjung Balai Karimun memasuki tahapan – tahapan rangkaian pengujian komisioning yang dimulai dari first sinkron dan berakhir pada performance test. Sesuai schedule awal, semua rangkaian pengujian tersebut akan direncanakan selesai dalam waktu 3 bulan. Sebetulnya waktu 3 bulan tersebut tidaklah ideal untuk sebuah rangkaian pengujian pembangkit baru, namun dengan melihat segala lika – liku proses konstruksi hingga sampai tahapan komisioning yang sarat dengan permasalahan mulai dari permasalahan teknikal, kontraktual hingga sosial masyarakat, 3 bulan adalah waktu yang sangat pesimis bagi kami. 

Beruntung proyek PLTU Tanjung Balai Karimun saat itu memiliki seorang manager proyek yang brilliant Bp. I Nyoman Suryana. Bagi kami, beliau seperti sang jenderal perang lapangan yang duduk diatas kuda, pada barisan terdepan dengan sebilah pedang ditangan kanannya. Beliau berhasil membangun sebuah pasukan siap tempur yang siap bergerak kapanpun saat dibutuhkan.

Langkah pertama yang diambil adalah merapatkan barisan dengan kontraktor. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar kontraktor proyek FTP-1 mengalami kendala terutama terkait performa kerjanya. Sebuah kata inspirasi sang Jenderal yang masih sangat membekas diingatan kami adalah “Setiap kita menjumpai permasalahan yang rumit di lapangan, yakinlah permasalahan pada kontraktor dua kali lebih rumit dari yang kita rasakan, but, show must go on..”.

Berkat kerjasama dan hubungan baik yang telah kita jalin sejak masa konstruksi, sang Jenderal memutuskan tim PLN proyek mengambil alih pelaksanaan rangkaian komisioning tentunya tetap dengan pendampingan kontraktor. Sebuah langkah luar biasa dimulai dari sini, karena idealnya pada masa – masa komisioning kontraktor tetap sebagai pemain utama dengan tim PLN Operasi (sektor) sebagai partner-nya. Anggota tim PLN proyek merupakan anak – anak muda fresh graduate termasuk saya sendiri yang tentunya sangat minim pengalaman dibidang pengujian ataupun operasi pembangkit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun