Mohon tunggu...
Darma Andreas Ngilawajan
Darma Andreas Ngilawajan Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar - Meneliti - Mengabdi

Menyukai matematika, sains, dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Tanda Baca: Dampak dalam Konteks Etika

31 Agustus 2023   15:54 Diperbarui: 31 Agustus 2023   15:57 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang Indonesia yang mengenyam pendidikan di Indonesia tentu saja tidak akan lepas dari pelajaran bahasa Indonesia, karena pelajaran ini sudah diberikan sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga ketika seseorang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara verbal maupun tulisan, apalagi dalam lingkup dunia akademik, maka orang tersebut biasanya akan menemui berbagai masalah, baik secara akademik maupun secara sosial.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, ada salah satu konsep yang paling mendasar dan setiap kita wajib memahami dan mampu menggunakannya dengan tepat. Konsep tersebut adalah penggunaan tanda baca yang paling fundamental, yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!), dan tanda baca lainnya. Masing-masing kita pun sudah tahu arti dari tanda-tanda baca tersebut, dimana arti tersebut melekat pada fungsi atau penggunaannya, yaitu tanda titik (.) digunakan untuk kalimat deskriptif atau biasa disebut juga kalimat berita, tanda tanya (?) biasa digunakan untuk kalimat tanya, dan tanda seru (!) untuk kalimat perintah. Konsep tanda baca ini kelihatannya sepele tapi tanpa disadari penggunaannya akan menentukan makna dari sebuah komunikasi dan dampak atau reaksi yang ditimbulkan sesudah penggunaan sebuah tanda baca. 

Dalam konteks komunikasi tulisan dan dikaitkan dengan komuniasi verbal, tanda baca biasanya diasosiasikan dengan intonasi dari si pengguna (user) terhadap penerima (receiver). Misalnya penggunaan tanda seru yang diartikan sebagai intonasi suara yang tegas, maknanya bisa dikaitkan dengan konteks situasi dan kondisi saat tanda seru tersebut digunakan. Sebut saja dalam pelajaran baris berbaris, ketika ada kalimat "hadap kanan, gerak!" tanda seru dalam kalimat ini dimaknai sebagai intonasi perintah yang tegas. Jika kalimat dalam konteks ini diartikan dalam aspek etika, bisa dimaknai sebagai suatu bentuk pelajaran disiplin lewat kegiatan baris berbaris. Penggunaan tanda seru dalam konteks ini tepat dan sesuai. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mengirim pesan whatsapp kepada dosennya dengan narasi "Pak, saya mau konsultasi skripsi!!" Penggunaan tanda seru disini jelas tidak etis karena jika diasosiasikan dengan komunikasi verbal berarti bicara dengan intonasi membentak. Apalagi subjek dalam komunikasi ini jelas berbeda dari segi kapasitas dan usia dengan penerima pesan tersebut. Demikian pula untuk penggunaan tanda baca lainnya harus memperhatikan konteks dan pihak yang dituju sehingga komunikasi bisa efektif dan humanis.

Seringkali penggunaan tanda baca dianggap hal sepele, namun dalam banyak kasus justru kesalahan dalam berkomunikasi justru bisa menjadi awal darri suatu masalah yang besar. Misalnya seorang pelamar kerja yang gagal diterima di sebuah perusahaan karena tidak lulus wawancara akibat intonasi suara saat berbicara tidak tepat. Atau seorang mahasiswa yang berulang kali tidak direspon oleh dosen pembimbingnya karena menggunakan tanda seru dalam pesan biasa, messenger atau whatsapp kepada sang dosen. Salah satu indikator kematangan emosional alias punya soft skill yang baik adalah kecerdasan dalam berkomunikasi, baik secara tulisan maupun verbal.

Menjamurnya aplikasi komunikasi berbasis layanan pesan sebagai akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, tentu sangat memberi banyak keuntungan dalam berbagai aspek. Sebut saja aplikasi whatsapp yang terinstall di android yang mampu mengirim pesan yang memuat file dalam berbagai type termasuk video dengan kapasitas file yang besar, tentu sangat memberi kemudahan dari segi fleksibilitas dan kecepatan akses pengiriman jika dibandingkan dengan aplikasi SMS (Short Message Service) yang merupakan generasi awal dari aplikasi komunikasi dalam format pesan singkat. Namun di lain sisi, tanpa disadari, aplikasi-aplikasi tersebut turut "berkontribusi" merusak tata bahasa Indonesia yang benar karena kecanggihannya justru "meMANJAkan" penggunanya,  terutama generasi millenial,  sehingga mereka melahirkan kosakata baru yaitu kata-kata atau diksi-diksi prokem (biasa disebut bahasa gaul). Misalnya kata "saya" dibuat menjadi "s4y4", atau "k4111u 31114n6 heb4t" artinya "kamu memang hebat". Atau penggunaan tanda baca yang tidak tepat, misalnya "k4mu d!m4n4 n!h!" (Yang seharusnya ditulis "kamu di mana?). Selain itu masih ditambah lagi dengan fasilitas emoticon sehingga penggunanya bisa bebas berekspresi dalam berkomunikasi, dan malah seringkali kebablasan. Kebiasaan gaya komunikasi ini dalam banyak kasus, terutama dalam dunia pendidikan, justru melahirkan fenomena degradasi moral dan etika karena kebanyakan generasi millenial ini sering tidak sadar ketika menggunakan gaya komunikasi yang biasa mereka pakai kepada teman sebayanya kemudian diterapkan kepada generasi yang lebih tua semisal kepada guru atau dosennya.

Kebiasaan berbahasa Indonesia yang keliru, terutama penggunaan tanda baca, lambat laun akan menjadi sebuah karakter , dan selanjutnya akan menjadi budaya. Kebiasaan menulis pesan dengan kata-kata prokem yang merupakan singkatan kata, lambat laun akan membentuk karakter yang malas dan tidak beretika. Lantas mau ke mana bangsa Indonesia ke depan jika nantinya memiliki sumber daya manusia yang kehilangan jati dirinya karena tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun