Mohon tunggu...
D.darla
D.darla Mohon Tunggu... -

im "single" that learned many things from other people story, cause by listening i learned something..n sometime that makes me think that my challenge in life is nothing compare to others challenge

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kembali menjadi "single"?

26 September 2011   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa ada panduan untuk kembali ke dunia single setelah Saya berpisah dari pasangan?Hmm, saya mencari tahu dengan melakukan riset dengan berdiskusi dengan beberapa teman yang mengalami hal yangsama juga berselancar/browsing di dunia maya, saya temukan info mengenai single parents club, dating club, situs2 perjodohan, dan lain nya. Tapi apakah itu yg saya butuhkan ? Rasanya tidak sesuai dengan yang saya inginkan.Yang saya cari adalah bagaimana untuk bertahan/survive kembali menjalani kehidupan sebagai seorang lajang/single .

Tidak ada seorangpun,termasuk saya yg membayangkan untuk kembali menjadi single setelah menjalanikehidupan pernikahan selama lebih dari 10 tahun. Pada saat itu yang terbayangkan oleh saya adalah “oh mungkin nanti proses nya yang akan menyedihkan”..tapi ternyata setelah saya memalui prosesnya (yang memang tidak selalu menjadi pengalaman yang menyenangkan) tapi tokh saya berhasil juga melalui proses tersebut karena yang harus saya lakukan adalah mengurus dokumen legal yang diperlukan. Done, saya sudah mendapatkan keabsahan untuk status single saya, easy.

TetapiTahap selanjutnya ternyata tidak ada panduan nya. ,jaman sudah berubah,gaya orang berkencan sudah berubah, car a “pedekate” jelas2 sudah berubah. Apayg harus saya lakukan?..mulai dari mana?...saya bongkar kembali koleksi video lama dan menemukan film “sleepless in seatle”, sebuah film yang pernah membantu saya untuk melewati proses setelah ditinggal meninggal oleh pasangan pertama saya.Film tersebut cukup membantu walaupun tidak sepenuhnya. Tapi membuat saya bersemangat kembali untuk membuka lagi lembaran baru.

Setelah keputusan untuk mau bangkit dan berkata “tidak” kepada trauma kegagalan ternyata saya menemukan banyak hal, baik dari pengalaman sendiri maupun dari curhat teman2 seperjuangan.Pertama, perjuangan keluar dari zona “saya takut untuk memulai lagi”..membuka diri kepada lawan jenis ternayata tidak semudah yang saya bayangkan, mind set saya masih mengatakan saya menikah padahal jelas2 saya sudah single kembali. Awalnya berat tetapi sayapaksakan untuk membuka diri terhadap ajakan untuk chatting ataupun kopi darat.

Kedua, saya mau pergi tapi tetap dalam zona aman, saya memilih untuk tidak dijemput dan bertemu di meeting point alasannya adalah kalau ternyata orang tersebut tidak sesuai dengan harapan, lebih baik dia tidak perlu tahu dimana saya tinggal. Juga karena pertemuan pertama lebih kepada untuk saling mengenal dan tidak perlu datang ke rumah untuk sensus dengan anggota keluarga yang lain, kidding.

Ketiga, menentukan TKP di area umum yang untuk mengobrol tidak memakan waktu lama.Situasi yang terlalu membut saya terintimidasi terutama jika ternyata perkenalan dan obrolan kami mendadak tidak nyambung. Pergi nonton film di bioskop buat saya adalah big no no

Setelah melewati 3 tahap itu ternyata saya mendapatkan pelajaran, bahwa saya memerlukan teman baik pria maupun wanita sebagai tempat berbagi, dan kadang saya membutuhkan teman pria yang dapat saya percaya untuk memberi masukan-masukandari sudut pandang pria. Gaya bahasa pria yang berbeda dengan kaum wanita seringkali diartikan berbeda oleh sebagianwanita dan bisa membuat salah tafsir, padahal yang pria tersebut hanya sekedar bersikap ramah.

Saya berusaha berpikir positiftanpa mendramatisir situasi, menikmati berkenalan lagi dengan lingkungan dan teman teman baru.Bukan tidak mau berhubungan dengan teman-teman lama tapi kadang saya merasa mereka memberikan masukan yang tidak perlu saya dengar saat ini mengenai masa lalu saya.Menurut saya, kalau saya curhat, dengarkan saja, jangan kasih komentar kecuali saya minta.Kadang bukan saja komentar tetapi petuah yang mengharuskan saya melakukan sesuai dengan yang mereka katakan.Allah menciptakan manusia berbeda, percayalah perbedaan itu indah lho…

Benar bahwa pernikahan saya berakhir,benar bahwa saya pernah mengalami masa masa sulit ,kesedihan karena merasa gagal...tapi saya berusaha bangkit,biarpun dimulai dengan langkah kecil. tapi saya berkata"tidak "untuk tetap hidup dalam masa lalu saya,berakata "tidak" kepada ketakutan akan masa depan serta hidup dalam trauma. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda beda untuk bangkit dari pengalaman tidak menyenangkan dalam hidupnya, mengambil keputusan untuk "tidak" hidup dalam ketakutan masa lalu adalah langkah pertamanya.  Saya telah mengambil langkah itu dan menikmati hal hal baru yang akan saya temui di sepanjang perjalanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun