Konon katanya cinta bisa datang kapan saja (dan pergi kapan saja sebenarnya) dan dimana saja. Di era dua dunia sekarang ini, jatuh cintapun bisa terjadi di dunia maya.
Tidak dipungkiri, perkembangan teknologi internet yang begitu pesat memang memudahkan para penggunanya menjalin komunikasi akrab dan lancar bebas hambatan dengan seseorang di dunia maya. Apalagi semenjak adanya situs-situs media sosial dengan berbagai macam tawaran, fitur dan bentuk interaksi dengan fasilitas ‘chat’.
Lain dunia nyata lain pula dunia maya (baca= Kompasiana). Jika di dunia nyata, cinta bisa berawal dari mata turun ke hati. Tetapi di Kompasiana, cinta bisa berawal dari jalinan aksara lalu turun ke hati. Berawal dari pesona untaian kalimat, mampu menjadi pembius hati yang penasaran akan sosok dibalik tulisan tersebut. Apalagi ketika dalam proses interaksi merasa sepaham, menemukan kecocokan dan kenyamanan. Akhirnya terbersit untuk mengajukan pertemanan dan bisa jadi dilanjutkan dengan obrolan melalui jalur pribadi (inbox) sesering mungkin. Kebiasaan inilah yang biasanya dijadikan alasan munculnya perasaan suka atau mungkin tingkatan yang paling tinggi yaitu cinta (ngakunya), meskipun belum pernah bertemu langsung. Tidak melihat kehadirannya sehari saja sudah merasa gelisah dan galau tak menentu. Dahsyat bukan efeknya? Walaupun bagi saya itu semu. Ya semu, bagaimana tidak semu jika belum pernah bertemu secara langsung dan menganggap itu cinta?
Di Kompasiana, namanya saja dunia maya maka apapun bisa terjadi. Bahkan seseorang bisa menjadi apa saja termasuk menampilkan citra diri yang begitu sempurna. Tidak semua Kompasianerpun menggunakan identitas diri yang sesungguhnya (seperti saya), bisa jadi setelah memutuskan kopi darat (kopdar) yang timbul adalah kekecewaan.
Tidak salah memang mencari cinta di dunia maya apalagi di Kompasiana (yang katanya wadah kaum intelek?), tetapi paling tidak awalilah dengan proses bertemu di dunia nyata terlebih dahulu. Karena terkadang ketika sudah berharap banyak di awal dan pada kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, yang ada justru kekecewaan berkepanjangan (meskipun tidak menutup kemungkinan akan keberhasilannya). Lebih baik janganlah mendahulukan perasaan sebelum benar-benar melihat nyata keasliannya. Bukan hanya sekedar dari jalinan aksara turun ke hati, melainkan dari jalinan aksara turun ke mata lalu ke hati (jika beruntung).
Bagi para pencari cinta di Kompasiana, selamat menemukan cinta dan semoga cinta yang didapatkan bukan cinta semu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H