Mohon tunggu...
Darju Prasetya
Darju Prasetya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis freelance

Pemerhati kehidupan....penyuka dunia tulis menulis....Pengembara di dunia.......Pencari dunia baru untuk kehidupan yang lebih baik......Email: prasetya58098@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menyikapi Pilkada Serentak 2024: Belajar dari Kalah dan Menang

27 November 2024   05:11 Diperbarui: 27 November 2024   08:38 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menyikapi Pilkada Serentak 2024: Belajar dari Kalah dan Menang

Oleh: Darju Prasetya

Tanggal 27 November 2024 menjadi momentum penting bagi demokrasi di Indonesia. Pilkada serentak yang akan berlangsung bukan sekadar pesta demokrasi, melainkan juga ujian bagi kedewasaan politik bangsa. Dalam ajang ini, kita tidak hanya akan berbicara tentang kemenangan atau kekalahan, tetapi juga tentang bagaimana kedua hal tersebut dikelola secara bijak oleh para kandidat maupun pendukung mereka.

Belajar dari Kekalahan dan Kemenangan
Psikolog sering menekankan pentingnya kesiapan mental dalam menghadapi segala kemungkinan, termasuk kekalahan. Kekalahan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk introspeksi dan pembelajaran. Sayangnya, tidak sedikit kandidat yang sulit menerima kenyataan ketika mereka tidak memenangkan suara rakyat. Sebaliknya, kemenangan yang diraih juga bukan alasan untuk menjadi jumawa, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan tulus demi kepentingan rakyat.

Memilih Pemimpin: Dari yang Terburuk Menuju yang Terbaik
Dalam konteks Pilkada, masyarakat sering dihadapkan pada pilihan sulit. Ungkapan "memilih yang terbaik dari yang terburuk" mencerminkan dilema yang kerap dirasakan pemilih. Namun, di balik pesimisme itu, ada harapan besar agar pemimpin yang terpilih benar-benar tulus bekerja untuk rakyat, jujur, dan tidak menipu. Sayangnya, mencari sosok seperti itu kini terasa semakin sulit.

Politik hari ini kerap diwarnai retorika indah yang tidak selalu berbanding lurus dengan realitas. Orang yang pandai berbicara sering kali berhasil memikat hati banyak orang, meskipun belum tentu tulus dalam tindakan. Oleh sebab itu, kita sebagai pemilih harus lebih kritis. Jangan tertipu oleh janji manis yang tak memiliki dasar.

Harapan untuk Pemimpin Masa Depan
Pilkada serentak 2024 seharusnya menjadi momen untuk menyaring pemimpin yang benar-benar mampu mengemban amanah rakyat. Pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi juga pada pengabdian. Dalam sejarah, kita melihat bagaimana pemimpin yang tulus bekerja untuk rakyat akan meninggalkan jejak yang abadi.

Sebagai pemilih, mari kita gunakan hak suara dengan bijak. Pilihlah mereka yang tidak hanya berbicara indah, tetapi juga menunjukkan integritas, kejujuran, dan ketulusan. Pilkada adalah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Kalah atau menang, keduanya adalah bagian dari proses menuju demokrasi yang lebih matang. Mari jadikan Pilkada serentak ini sebagai ajang untuk membangun bangsa, bukan sekadar merayakan kemenangan.

Demokrasi sejati terletak pada ketulusan dalam berproses dan keikhlasan menerima hasil. Siapa pun yang terpilih, semoga mereka benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan hanya untuk kursi kekuasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun