Mohon tunggu...
Dari Utara
Dari Utara Mohon Tunggu... -

Ask me..

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Kenalkan Resiko Terlebih Dahulu Sebelum Menerapkan Hukuman Terhadap Anak

22 Maret 2014   02:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak adalah observator tersibuk jika dibandingkan fase kehidupan lain. Rasa ingin tahu yang ada pada anak-anak sangatlah luas, sehingga mereka cenderung melakukan apapun untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka. Ya, mereka akan melakukan apapun termasuk hal-hal yang berakibat buruk atau yang tidak disukai orangtua. Mereka "ahlinya" melakukan ini.

Dalam menjalankan observasinya, tentu anak-anak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan. Mereka bukannya ingin membangkang terhadap aturan, tetapi sedang beradaptasi dengan aturan yang ada. Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua, pengasuh atau guru harus memberikan respon yang tepat untuk anak. Seringkali hukuman menjadi hal pertama yang akan dilakukan terhadap sang anak, tepatkah?

Yang terbaik yang harus dilakukan orangtua adalah mencegah. Caranya? Caranya adalah mengenalkan kepada anak akan resiko buruk yang akan terjadi jika anak melakukan hal-hal yang tidak tepat. Contoh, katakan kepada anak bahwa dia bisa terkena penyakit jika di bermain diluar rumah saat hujan atau katakan bahwa mereka akan terjatuh jika berlari di jalan yang licin. Katakanlah resiko yang benar, sehingga bisa terbukti jika hal-hal tersebut mereka lakukan. Jangan pernah mengatakan resiko yang tidak akan terjadi, seperti mereka akan didatangi hantu atau alien. Mengatakan resiko yang jujur akan menumbuhkan rasa percaya anak terhadap apa yang anda katakan. Hal ini berguna jika nanti anda memberikan peringatan-peringatan lain.

Kadang kita harus membiarkan anak melakukan kesalahan agar mereka meresakan resiko atau dampak buruknya. Orangtua harus mempertimbangkan resiko seperti yang tidak terlalu membahayakan anak, misalnya tidur larut malam sehingga anak akan bangun kesiangan. Bangun kesiangan juga adalah resiko yang bisa dipelajari anak namun tidak terlalu berbahaya untuk anak itu sendiri.

Tapi tidak semua hal yang tidak baik cocok diterapkan dengan penjelasan resiko. Sebagai contoh, memukul orang lain. Anak tidak akan merasakan resiko langsung saat dia memukulkan orang lain, anak tidak akan merasakan sakit karena dia yang memukul. Kesalahan seperti ini biasanya lebih cocok untuk diberikan hukuman. Tapi ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan hukuman, yaitu:


  • Jangan memberikan hukuman yang ditakuti anak-anak dan akan berimbas dendam atau kebencian yang akan dirasakan anak, apalagi hal yang amat di takuti anak. Contohnya dikurung di ruangan gelap, ditakuti dengan binatang buas, badut dan lain-lain.
  • Hindari hukuman berupa kekerasan fisik dan mental, seperti memukul atau membentak anak. Hal ini dapat berakibat pada cacat fisik dan dendam, namun tidak benar-benar efektif.
  • Hukuman yang tepat adalah menarik hal-hal yang mereka gemari, seperti dilarang memainkan game yang bisa mereka mainkan dalam jangka waktu tertentu atau tidak akan berlibur pada waktu liburan tertentu.
  • Terapkan hukuman secara tegas, jangan menarik ulur hukuman, jika telah melakukan vonis terhadap anak lakukan hukuman tersebut.
  • Dalam melakukan vonis, bentuklah team, misalkan ayah sebagai hakim yg menetapkan vonis, sementara ibu menjadi penasihat hukum untuk menjelaskan apa yang salah dan apa yang benar sehingga anak mengerti apa yang harus dilakukan. Ingat, penasihat hukum bukan untuk membela anak mati-matian.
  • Setelah hukuman diterapkan, jelaskan kepada anak apa kesalahan mereka dan bagaimana hal yang seharusnya mereka lakukan. Lakukan ini pada saat yang tepat, jangan lakukan ketika emosi anak sedang tidak stabil. Anda bisa melakukannya saat menemani anak sebelum tidur, pada perjalanan saat liburan atau saat lain dimana kondisi emosi anak sedang stabil.
  • Kembali tunjukan kasih sayang saat anak selesai melakukan hukuman dan mintalah anak secara baik-baik agar tidak mengulangi kesalahannya.
  • Yang terakhir adalah, anak cenderung sulit mengingat apa yang anda ajarkan pada mereka, akan tetapi mereka akan mengingat apa yang anda lakukan. Jadi jangan lakukan hal-hal yang anda tidak ingin anak lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun